Minggu, 30 Mei 2010

LUTUNG LEUTIK


Raden Bungsu Karmajaya Undakan Munding Kalangsari adalah bangsawan Pakuan Pajajaran, mimpi bertemu dengan seorang gadis cantik jelita. Gadis tersebut adik Tumenggung Laksa gading, dari negara Nusa Gayonggong, namanya Bagendan Sari.
Tak lama kemudian Raden Bungsu minta ijin kepada ibunya untuk pergi ke negara Nusa Gayonggong dengan maksud mencari itri yang sesuai dengan impiannya itu. Ibunya tidak mengijinkannya, selanjutnya melalui ibunya ia minta ijin pada ayahnya. Ayahnya tidak berkeberatan, bahkan merestuinya. Dinasihatkan agar tidak membeda-bedakan orang, kepada siapa saja harus berbuat baik.
Pada waktunya berangkatlah Raden Bagus dengan tujuan ke Nusa Gayonggong, sebelumnya tak lupa ia meminta azimat sepasang pepelik intan dan kantung pusaka.
Dalam perjalannya ia harus menyebrangi sungai Cihaliwung, karena tak ada perahu ia minta kepada Yang Maha kuasa dan kepada ibunya, supaya diberi perahu. Permintaannya dikabulkan. Dengan perahu itu ia menyebrangi sungai tersebut, dan sampailah di seberang sana dengan selamat. Tetapi tak tahu di mana letak negara Nusa Gayonggong itu. Maka terbanglah ia ke mega malang untuk melihat tempat yang dimaksud.
Diceritakan bahwa Tumenggung Laksana gading akan bertapa ke Ujung Kulon. Bagendan Sari ditipkan kepada Gajah Tarunajaya, raja nagara Margacina. Setelah Gajah Taruna Jaya memanggil adiknya yang bernama Palenggi Rarang. Ia minta adiknya itu agar menerima Bagendan Sari sebagai saudaranya sendiri.
Di mega malang Raden Bungsu melihat ada sebuah negara lalu ditanyakan kepada Nyi Meganglanglang Buuk Lenggang Larang Kancana yang sedang bertapa. Dikatakannya bahwa negara yang dilihatnya itu adalah negara Margacina.
Pada suatu waktu Palenggi Girang bermimpikan hujan putih tidak merata, dan banteng putih mengamuk di dalam negara. Menurut ramalan Bagendan sari, mereka akan kedatangan seorang yang tampan. Tak lama sesudah itu Palenggi bermimpi lagi, dalam mimpinya, ada bianglala bergerombol, lembayung bertumpang tindih dan bulan purnama menyinari pangkuannya. Ketika akan ditangkap ia lari. Diramalkannya pula oleh Bagendan Sari bahwa mereka akan menjadi istri seorang ratu bersama-sama.
Setelah diketahui oleh Gajah Taruna Jaya bahwa ia akan kedatangan tamu, maka disuruhnya Lengser mengasingkan Bagendan Sari ke hulu dayeuh, dengan wajah dan tubuhnya dibuat kotor dan menjijikan, dengan maksud  lamaran nanti akan jatuh kepada adiknya, Palenggi Girang.
Raden Bungsu turun ke negara Margacina, dengan terus terang disampaikannya maksud kepada Gajah Taruna Jaya. Segera dipanggilnya Palenggi Girang, tetapi tidak mau datang. Palenggi Girang baru mau memenuhi panggilan kalau tamu tersebut dapat membuat paseban bandung ginatur, pasban kembang kinacancang yang didapat dari Jatijajar.
Dengan pertolongan sang ibu dari surgaloka serta bantuan empat puluh ponggawa, pasban dapat berdiri. Setelah selesai, Gajah Taruna Jaya minta agar sekeliling paseban itu dibuat parit dengan maksud supaya musuh tidak dapat masuk.
Raden Bagus segera memenuhi permintaan Gajah taruna jaya. Siang malam ia bekerja, tetapi selama sembilan bulan bekerja tak ada yang mengirim makanan dan minuman. Baru setelah ia mengingatkan Palenggi Girang dengan ajimat pamuter bumi, datanglah makanan dan minuman. Tetapi begitu dilihat oleh Palenggi Girang keadaan tubuh Raden Bagus yang sangat ruksak, hanya tinggal kulit pembalut tulang, ia menolak mentah-mentah untuk diperjodohkan dengannya. Selanjutnya Raden Bungsu diusir oleh Gajah Taruna Jaya, lalu diantarkan oleh Lengser ke hulu dayeuh tempat Bagendan sari diasingkan. Pakaian keratuan yang dititipkan kepada Gajah Taruna Jaya tak diberikan.
Secara ikhlas Raden Bungsu diterima oleh Bagendan Sari. Tak lama kemudian mereka bersama-sama mandi di sebuah sungai. Sekonyong-konyong wajah mereka berubah ke keadaan semula, sebagai gadis jelita dan pemuda tampan. Setelah itu mereka dikirim pakaian oleh sang ibu dari surgaloka. Akhirnya mereka menikah.
Dari sungai itu mereka pergi menuju alun-alun. Sesampainya di sana, orang-orang keheran-heranan melihat Raden Bungsu dan Bagendan Sari bagaikan sepasang merpati yang berbahagia. Hal itu terdengar oleh Palenggi Girang. Ia ingin kembali kepada Raden Bagus. Keinginanya itu sama sekali tidak disetujui Gajah taruna jaya.
Karena Palenggi Girang bersikeras untuk mendapatkan kembali Raden bagus, maka berundinglah gajah taruna Jaya dengan Lengser. Diputuskannya untuk mengadakan pesta keramaian di alun-alun, dengan harapan Raden Bagus dan Bagendan Sari mau menontonnya. Pertemuan Palenggi Girang dan Raden Bagus dapat kiranya menjadi obat pelipur lara. Tetapi apa yang diharapkannya itu jauh dari kenyataan, karena baik Raden Bagus maupun Bagendan Sari tidak menonton keramaian itu.
Karena usahanya gagal, Palenggi Girang panas hatinya. Ia mengajak untuk mengadu keterampilan menanak nasi. Siapa yang lebih empuk nasi yang ditanaknya itulah yang menang. Jika Bagendan Sari kalah, akan dipenggal lehernya. Ternyata Bagendan Sari yang menang. Selanjutnya perlombaan memintal kanteh dari sebakul kapas dalam waktu semalam, berlomba besar negara, berlomba montok susu, berlomba harum tinja.setelah itu mengadu ketampanan pacar (pacar Palenggi Girang bernama Pamindra Jaya), mengadu kekuatan pacar, mengadu kekuatan Gajah Taruna dengan Raden Bungsu.
Kemenangan selalu diperoleh Bagenda Sari. Ketika berlomba memintal kanteh Bagendan Sari merasa tidak sanggup. Tetapi berkat pertolongan empat puluh pohaci atas suruhan sang ibu di sorgaloka, pekerjaan yang dirasakannya berat itu dapat diselesaikan dalam waktu yang sangat pendek. Begitu pula halnya ketika membuat sebuah negara untuk diperlombakan dengan negara milik Palanggi Girang.
Ketika Gajah taruna Jaya bertarung dengan Raden Bungsu, bagendan Sari tersesat di alun-alun. Di sana Bagendan Sari bertemu dengan Palenggi Girang. Pertengkaran mulut terjadi, dilanjutkan dengan perkelahian. Palanggi Girang merasa terdesak, maka ia pulang mengambil senjata. Ditetakannya senjata itu kepada Bagendan Sari hingga meninggal dunia.
Peperangan antara Gajah Taruna Jaya dengan Raden Bagus belum berakhir. Mereka saling mendesak, saling memukul dan sampailah di alun-alun. Palenggi Girang minta agar peperangan berakhir, karena Bagendan Sari telah mati. Mendengar permintaan Palenggi Girang itu Raden Bagus marah sekali. Palenggi Girang dan Gajah Taruna Jaya dilemparkannya. Karena merasa kewalahan, Gajah Taruna Jaya minta bantuan Gagak taruna Jaya.
Mayat Bagendan Sari dapat dihidupkan kembali oleh Raden Bagus. Setelah itu Bagendan Sari menceritakan kelicikan-kelicikan Palenggi Girang kepada Raden Bagus.
Raden Bagus segera meladeni Gagak Taruna Jaya yang akan mencoba mengadu kekuatan dengannya. Peperangan dahsat sekali. Raden Bagus terdesak, dan dikala lengah kakinya tertangkap oleh Gagak Taruna Jaya, lalu dilemparkan ia kedalam lubang pada sebuah rawa. Ketika Gagak taruna Jaya mencari batu untuk menutupi lubang, Raden Bagus dapat menyelamatkan dirinya.
Karena disangkanya Raden Bagus sudah meninggal, maka Gajah Taruna menyuruh Bagendan Sari menggembalakan kerbau sebanyak dua puluh lima ekor di sebuah hutan. Tetapi pada prakteknya Bagendan Sari tidak perlu mengembalakan kerbau, karena hewan-hewan itu mencari makan dan pulang kekandang tanpa harus digiring-giring.
Lama-lama Raden Bagus merasa bahwa hidupnya tiada berarti, ia memilih lebih baik mati. Ia pergi ke sorgaloka untuk menemui sang ibu. Disampaikannya maksudnya itu. Mula-mula sang ibu menolaknya, akhirnya dikabulkan juga, kemudian Raden Bagus dimasukan ke dalam cupu. Setelah itu dilemparkan dan jatuh pada selembar sirih.
Disebutkan bahwa ada sebuah negara yang bernama Gunung Karanginan. Ponggawanya bernama Tumenggung Yuda nagara dan Tumenggung Yuda Laksana. Adik mereka masing-masing bernama: Rinu Wayangan, Rinu Rarang dan Rinu Kasih.
Pada suatu ketika, ketika putri itu mandi di sungai. Sekembalinya dari sungai, mereka mencari sirih yang jatuh di sebuah kebun. Terlihat oleh mereka ada selembar sirih yang merah lembayung, sinarnya menyilaukan mata. Segera mereka mengambil galah, masing-masing berusaha untuk mendapatkannya. Sirih berhasil dijolok oleh putri bungsu Rinu Kasih. Meskipun dalam perjanjian siapa yang mendapatkan sirih itu, ialah yang berhak memakannya, tetapi karena Rinu Wayangan ingin sekali makan sirih, dengan rela diserahkannya sirih itu kepada Rinu Wayangan.
Setelah Rinu Wayangan makan sirih, mereka kembali ke tempat mereka menenun. Tak lama kemudian Rinu Wayangan ingin makan rujak, lalu dibuatnya bermacam-macam rujak: rujak belimbing, rujak tongtolang (buah nangka yang masih kecil), rujak calingcing.
Ketika hal itu diketahui oleh kakaknya, Yuda Nagra, Rinu Wayangan dimarahinya. Yuda Nagara tahu bahwa adiknya sedang mengidam. Tak lama sesudah itu Rinu Wayangan di usir dari negara, Rinu Wayangan pergi tanpa tujuan yang pasti. Kemudian ia tinggal di sebuah hutan. Untuk melindungi dirinya dari gangguan binatang buas ia masuk ke sebuah luabng pada pohon gintung. Selama sembilan bulan ia tidur di situ, sampai-sampai tak diketahuinya bahwa telah melahirkan bayi. Kelahirannya diketahui oleh sang Ibu di sorgaloka, segera bayi itu diberinya baju; tetapi begitu dipakai sang bayi berubah rupa, ia menjadi lutung.
Ketika bangun, alangkah kagetnya Rinu Wayangan karena perutnya telah kempis. Ia menyangka bahwa bayinya telah dicuri oleh binatang yang ada di hutan itu. Maka diusirnya binatang yang ada di sekitar pohon gintung itu. Semua binatang menjauh, kecuali lutung itu. Lama kelamaan Rinu Wayangan tahu bahwa lutung itu adalah anaknya sendiri (penjelmaan dari Raden Bungsu Karmajaya Undakan Munding Kalangon Sari).
Karena sudah lama tidak mandi, Rinu Wayangan pergi mandi ke sungai dengan diiringi anaknya, karena kesal menunggu ibunya yang sedang mandi, lutung pergi ke negara. Ia ingin sekali bertemu dengan uanya Yuda Nagara dan Yuda Laksana.
Sesampainya ke negara, lutung itu dikejar-kejar oleh orang-orang yang sempat melihatnya, tetapi tiada dapat. Akhirnya kedua uak’nya itu mengetahui juga bahwa lutung yang dikejar-kejar itu adalah kemenakannya, anak Rinu Wayangan.
Pada suatu ketika lutung ingin dilamarkan kepada wanita penggembala di negara Margacina. Permintaannya dikabulkan oleh Yuda Nagara dan Yuda Laksana. Pada waktu yang sudah ditentukan kedua uak’nya dan sejumlah punggawa pergi mengantar lutung melamar Bagendan Sari. Lamaran diterima oleh Bagendan Sari.
Lutung ingin membalas kekejaman Gajah Taruna Jaya dan Palenggi Girang. Ketika mereka sedang tidur, perutnya diolesi tahi kerbau. Setelah mereka bangun, lutung dikepung oleh para prajurit, tetapi tiada dapat.
Pada waktu perkawinan akan dilangsungkan, Yuda Nagara, Yuda Laksana serta para punggawa berpindah dari negara Gunung Karanginan ke hulu dayeuh. Tak lama kemudian mereka bertemu di tengah jalan dengan Gajah taruna Jaya dan Gagak Taruna Jaya. Setelah diketahui bahwa lutung berada dipangkuan Yuda nagra, gajah taruna Jaya dan Gagak taruna Jaya menjadi marah. Kaki lutung ditarik oleh Gajah Taruna jaya, tetapi Yuda Nagara mempertahankannya, yaitu dengan memegang kepala lutung itu. Karena tarikan keduanya sangat kuat, baju lutung menjadi sobek. Semua yang ada disitu merasa aneh dan kaget karena setelah bajunya terbuka lutung berubah menjadi ratu yang sangat tampan.
Baju lutung kemudian digesek-gesekkan oleh Raden Bagus, lalu terjelmalah manusia yang bernama Ki Lembu Halang. Selanjutnya Ki Lembu hlang mengamuk. Gajah Taruna Jaya dan Gagak Taruna Jaya dibunuhnya. Setelah itu Ki lembu Halang menjadi lutung kembali, lalu pulang ke sorgaloka.
Atas permintaan uak’nya, Raden Bagus menceritakan pengalamannya, sejak melamar Palenggi Rarang sampai ia menjadi lutung.
Atas usul Raden Bagus, ketiga punggawa Margacina dihidupkan kembali. Sesudahnya ketiga punggawa itu disuruh memindahkan barang-barang dari negara Margacina ke negara baru. Setelah beres semua, Yuda nagara, Yuda Laksana, Rinu Wayangan, Rinu Rarang dan Rinu Kasih menjemput Bagendan Sari dari kandang kerbau.
Negara yang ada di hulu dayeuh diberi nama Gunung Manglayang. Nama Bagendan Sari diganti dengan nama Arjuna Tapa. Ketiga punggawa, yaitu Gajah taruna Jaya, Gagak Taruna Jaya, dan Pamindra Jaya dijadikan tukang penyabit rumput. Sedangkan Palenggi Girang dijadikan tukang menanak nasi.
Tiga negara yaitu Margacina, Gunung Karanginan dan negara Gunung Manglayang disatukan. Kakak Bagendan Sari yaitu Tumenggung Laksana Gading telah kembali dari Ujung Kulon, tapanya telah selesai.

Sumber ceritera:
Ki Kamal, Lebakwangi Kuningan
1973

MUNDING KAWATI


Prabu Munding Kawati keturunan Prabu siliwangi dari Pajajaran. Ratu ini terkenal sangat sakti dan bijaksana. Wilayah kerajaannya luas. Sudah ada tigabelas kerajaan yang menjadi daerah taklukannya.
Prabu Munding Kawati mempunyai patih yang bernama Aria Mangkunagera, sedangkan yang menjadi kookolot/tetuanya dalah Ua Lengser Laya Dipa Cakra Jengjen, yang mempunyai istri tiga orang. Permaisuri Prabu Munding Kawati adalah dua orang putri asal keturunan bidadari dari kahyangan. Seorang bernam Ratnasari, seorang lagi Ratna Kembang. Keduanya sangat cantik dan hidup rukun.
Pada suatu hari ketika sedang bertafakur, keduanya jatuh tertidur, lalu bermimpi. Mereka bermimpi didatangi kucing “candramawat” (berbulu tiga warna), yang naik ke pangkuan masing-masing, alat kesenian rusak, tungku hancur dan nasi berhamburan, dandangnya terguling, sedangkan negara Haur Deni dilanda banjir. Sang Prabu berlayar dengan perahu kencana, tenggelam dalam air.
Mimpi itu disampaikan kepada sang prabu, akan tetapi baginda tidak mengetahui tabirnya.
Baginda lalu menitahkan patih untuk memanggil Lengser, supaya menabirkan mimpi itu. Lengser tahu akan maknanya. Ia tahu, mimpi itu merupakan alamat, bahwa ada orang yang ingin memperistri kedua permaisuri raja, dan Prabu Munding Kawati akan dibunuh. Lengser tidak sampai hati menyampaikan tabir mimpi yang buruk itu, lalu dikatakannya saja, bahwa impian itu maknanya kalau tidak baik tentu buruk, kalau tidak buruk tentu baik.
Karena melihat sikap Lengser, ratna Sari dan Ratna Kembang Purba Inten tahulah, bahwa tabir mimpi itu tidak baik. Sesudah Lengser pergi, lalu keduanya mengemukakan kepada Prabu Munding Kawati, bahwa Lengser bukannya tidak dapat membuka tabir mimpi, akan tetapi tidak berani mengemukakannya, karena tabirnya buruk.
Baginda tidak mempercayainya, bahkan mengartikan mimpi itu sebaliknya. Sang Prabu yakin, mimpi itu memberi alamat baik, bahwa akan datang raja lain yang akan takluk kepadanya, sehingga negara taklukannya akan menjadi empatbelas buah negara.
Kedua putri tetap pada pendiriannya, dan mengajak menyingkirkan diri.
Karena Prabu Munding Kawati merasa dihinakan, lalu marah. Kedua putri disiksanya, padahal mereka tengah hamil tiga bulan. Keduanya tidak melawan, kemudian mereka bersembunyi di kamar duapuluh lima baris ( kamar salawe jajar), tempat tinggal para putri.
Prabu Munding Kawati lalu memerintahkan patih Aria Mangkunagara agar membawa punggawa dan para tumenggung, serta prajurit dan gulang-gulang, untuk berkumpul dan menjaga tapal batas negara haur Doni sekelilingnya, untuk menyambut datangnya orang yang akan menyerahkan negara kepada baginda.
Ratu di negara Kuta daha yang makmur dan aman, ada dua orang, mereka kembar yakni : Gagak Sagara dan Badak Komalang. Keduanya belum mempunyai permaisuri, dan menginginkan putri keturunan bidadari yang menjadi permaisuri Prabu Munding Kawati, ialah Ratna sari dikehendaki oleh Gagak Nagara dan Kembang Purba Inten oleh badak Komalang. Keduanya berunding untuk mendapatkan kedua putri itu. Waktu maksud tersebut disampaikan kepada adik perempuannya yang bernama Inten wayang, adiknya itu mencegahnya, karena Prabu Munding Kawati keturunan raja Pajajaran, dan kedua permaisurinya keturunan bidadari, tidaklah sepadan untuk mereka.
Kedua kakaknya tidak menerima nasihat itu, untuk membatalkan niatnya. Malah mereka segera berangkat menuju Haur Doni. Di pinggir sungai Cipatihnunggal, Gagak Sagara dan badak Komalang meninggalkan semua azimatnya, lalu menjelmakan dirinya menjadi dua orang tua renta yang buruk rupa, dan menamakan dirinya Aki Lutung Padingdang dan Aki Beunying Menir.
Tiba di tapal batas negara Haur Doni, mereka bertemu dengan Aria Mangkunagara. Setelah mendengar, bahwa Aria Mangkunagara dan balatentara menjaga tapal batas untuk menjemput orang yang akan menyerahkan negaranya, maka Aki Lutung Padingdang dan Aki beunying Menir mengaku diri menjadi orang kepercayaan raja Gagak sagara dan Badak Komalang, raja di negeri Kuta daha, yang ingin menjadi negara taklukan prabu Munding Kawati. Keduanya dihadapkan kepada Prabu Munding Kawati.
Prabu Munding Kawati mempercayai pengakuan Aki Lutung Padingdang dan Aki Beunying Menir, dan memenuhi ajakan kedua orang tua itu untuk meninjau negara Kuta Daha. Baginda berangkat tanpa seorang pengiring pun, dan tanpa membawa segala azimatnya, padahal kedua orang permaisurinya telah menasehati dan memberi tahu bahwa kedua orang itu palsu dan berniat membunuhnya. Nasihat itu tidak dipedulikan baginda, bahkan kedua putri itu dimarahinya.
Ketika ketiganya sampai di Cipatihnunggal, Prabu Munding Kawati merasa lesu, sehingga tak mampu melangkah. Kedua orang tua renta itu kembali ke wujudnya semula, menjadi Gagak Sagara dan Badak Komalang, kemudian memperkenalkan diri kepada sang prabu.
Prabu Mundingkawati tak dapat mereka bunuh karena saktinta, begitu pula kedua saudara kembar itu tak dapat dibunuh baginda, karena mereka keturunan Idajil laknattu’llah.
Karena perkelahian antara Prabu Munding Kawati dan kedua raja Kuta daha, maka kawah candradimuka di surgaloka menjadi bergolak mendidih serta bergegar-gegar, para bidadari banyak yang sakit, dan tumbuh-tumbuhan menjadi layu.
Hyang Guru Winawacanjala melihat “Ogan Lopian” . terlihat yang sedang bertarung berkepanjangan. Bila mereka tidak berhenti bertarung, kegemparan di surga akan tetap berlangsung. Hyang Guru berbicara secara gaib kepada Prabu Munding Kawati untuk mengalah, karena kalaupun ia meninggal, kelak akan hidup kembali dengan perantaraan putranya yang masih dalam kandungan kedua permaisurinya.
Prabu Munding Kawati menunjukan permati pada pangkal paha kirinya, Gagak Sagara membunuh baginda, lalu berangkat ke Haur Doni.
Ratna Sari dan Ratna kembang Purba Inten sudah mengetahui dari alamat-alamat yang nampak, bahwa suaminya sudah meninggal, lalu berunding untuk mencari mayatnya, namun mayat Prabu Munding Kawati tidak ditemukan. Keduanya sangat berputus asa, lalu mereka pergi ke surgaloka menanyakan perihal suaminya kepada Hyang Guru. Hyang Guru memberi tahu mereka, bahwa suaminya sudah meninggal oleh orang yang menginginkan kedua putri itu, dan mayatnya tak akan ditemukan. Hyang Guru menahan keduanya di surga, kalau sudah tiba saatnya melahirkan, barulah mereka harus turun ke dunia.
Setelah semua orang pergi mengungsi, Lengser tinggal di istana, lalu masuk ke kamar tidur permaisuri. Dari dua buah bantal diciptakannya dua orang putri yang mirip dengan kedua permaisuri. Supaya tampak seperti hidup, dimintanya dua ekor burung untuk masuk ke dada kedua orang putri, sehingga putri ciptaan itu nampak bernafas teratur seperti sedang tidur nyenyak.
Gagak Sagara dan Badak Komalang yang kemudian datang ke istana, mengira bahwa yang sedang tidur nyenyak itu Ratna Sari dan Ratna Kembang. Kedua putri ciptaan itu mereka tubruk lalu dipeluk dan diciumnya dengan bernafsu, tetapi tidak terjaga, bahkan burung yang ada didalam bantal terbang keluar. Kedua burung itu dikira oleh gagak Sagara adalah putri Ratna sari dan Ratna kembang yang sakti, lalu dikejar sampai hutan belantara. Di hutan mereka ditipu oleh Ki Rangga gading, bahwa kedua orang putri sedang menunggu di pendakian ke tujuh, dan belokan ke tujuh tetapi kedua raja itu harus menemui mereka dengan bertelanjang bulat.
Karena hasrat mendapatkan putri, keduanya lalu melepas pakaian masing-masing, dan pergi ke arah yang ditunjukan oleh Rangga gading. Setelah sampai, tak seorangpun putri dijumpai. Dengan rasa malu keduanya pulang ke Kuta daha. Mereka berniat akan kembali ke Haur Doni, tetapi sekali lagi dicegah oleh Nyi Sunten Wayang.
Ratna Sari dan Ratna Kembang pada saat akan melahirkan diturunkan dari kahyangan ke Gunung Ciputih Nunggal. Hyang Guru memberi mereka azimat kasang jinem. Di gunung tersebut mereka melahirkan dua orang putra laki-laki.
Wangi bayi tercium oleh Yaksa Wayuta yang tinggal dengan istrinya di gua gunung Ciputih Nunggal. Yaksa Wayuta keluar dari gua, nafasnya bagaikan taufan. Ratna Sari dan Ratna kembang Purba Inten terbawa angin, diterbangkan dan jatuh di sungai Cilulumpang, di Cadas Patenggang, sedangkan kedua bayi diambil Yaksa Wayuta, lalu dimakannya, tetapi kedua bayi itu sakti, bukannya mati setelah ditelan, melainkan latihan berperang dalam perut Yaksa. Setelah bosan, lalu keluar merobek hulu hati yaksa, sambil dibawanya azimat yaksa yang berupa cupu manik astagina yang diperoleh mereka di tenggorakn Yaka wayuta. Kedua yaksa terbunuh mati. Setelah membunuh yaksa, keduanya lalu menolong Ratna Sari dan Ratna Kembang yang tersangkut di cadas Patenggang. Setelah diketahui, bahwa mereka adalah ibunya, lalu berunding mencari Kuta Daha.
Kedua putra Prabu Munding Kawati lalu membalaskan dendam ayahnya. Dalam perkelahian, gagak sagara dan Badak Komalang dengan mudah dapat dibunuh, tetapi Ratna sari menitahkan keduanya dihidupkan kembali, karena hanya merekalah yang tahu tempat ayahnya berada.
Gagak Sagara dan badak komalang hidup kembali, lalu menyatakan takluk. Mereka berangkat ke Gunung Ciputih Nunggal akan mencari mayat prabu Munding Kawati. Setelah ditemukan, lalu dihidupkan kembali dengan cupu manik astagina. Gagak Sagara dan Badak Komalang dimaafkan oleh prabu Munding Kawati. Keduanya bersumpah tujuh turunan, bahwa tidak akan melawan keturunan baginda. Kemudian menyerahkan negara Kuta daha. Prabu Munding Kawati menerima negara itu, tetapi sementara putranya belum dewasa, mengangkat Gagak Sagara sebagai wali.
Kepad kedua orang permaisuri, Prabu Munding Kawati meminta maaf, karena telah mengumbar nafsu marahnya dan tidak mengikuti nasehat mereka. Kemudian semuanya kembali ke negara Haur Doni. Gagak sagara dan Badak Komalang kembali ke Kuta daha.
Atas nasehat lengser, agar negara selamat dan dijauhkan dari mara bahaya, maka baginda meruat negara dengan menanggap pantun Pajajaran.

Sumber ceritera
Ki Atma, Subang
1971

NYAI SUMUR BANDUNG

 (A)

Nagara Kuta Waringin, negara subur dan makmur. Ratunya bernama Munding Keling Puspa Mantri, Menak Pakuan, Menak Terah Pajajaran, Satria Mangkuwasa. Panakawannya: Kuda Aing lengser. Munding waringin, Kuda waringin dan kalang Sutra Tandur wayang (kakak ipar ratu). Pawarangny ada 42 orang tetapi yang diceritakan hanya dua, yaitu Gurit Haji Wira Mantri dan Nimbang Waringin.
Pada suatu ketika di Kuta waringin diadakan pesta meriah sekali. Bunyi tetabuhan terdengar oleh Nyai Sumur Bandung di negara Bitung wulung. Demi didengarnya suara itu, ia membangunkan kakaknya, rangga Wayang yang sedang bertapa. Lalu bertanya tentang suara itu. Setelah Sumur Bandung melihat telpak tangan Rangga wayang tahulah bahwa di negara Kuta Waringin sedang diadakan pesta besar-besaran.
Setelah itu Sumur Bandung ditanya oleh rangga Wayang, mau tidaknya bersuamikan Ratu Kuta Waringin. Mula-mula Sumur Bandung menolaknya, tetapi karena desakan Rangga wayang, ia mau juga mengikuti kehendak kakaknya, tetapi dengan syarat, jika nanti pergi ke negara Kuta Tandingan, harus naik banteng lilin yang berwarna jingga. Kalintingnya untaian bintang, tanduknya salaka domas, ekornya banyu emas.
Rangga Wayang tidak dapat memenuhi permintaan Sumur Bandung, maka ditemuinya Langen Sari Jaya Mantri Mas Wira Jayamanggala, kakaknya Sumur Bandung. Langen Sari sanggup menangkap banteng lilin asal diantar oleh Sumur Bandung. Ia tidak tahu rupa banteng tersebut.
Pada waktu yang sudah ditentukan, Sumur bandung pergi bersama-sama denga rangga wayang (dengan naik banteng), ke negara Kuta Waringin. Sebelum berangkat semua harta kekayaannya dimasukkan oleh Sumut bandung ke dalam Cupu Azimat, lalu dititipkan kepada pembantunya, Nyai Ogem.
Sesampainya di negara kuta waringin, Rangga Wayang menemui Kalang Sutra. Tetapi keinginanya itu tidak begitu saja diterima oleh Kalang Sutra, sebab keputusan terakhir ada ditangan ratu.
Retu dapat menerima maksud dan keinginan Rangga Wayang, tetapi Nimbang Waringin menolaknya. Sikapnya, ucapannya sangat menyakitkan gati para tamu. Ia marah-marah, sambil berdahak-dahak di muka tamunya.
Tak lama sesudah itu Rangga wayang menjemput Sumur Bandung di batas kota. Sumur bandung mengubah dirinya menjadi nenek-nenk, kemudian berangkatlah mereka menemui Nimbang Waringin. Senasib dengan Rangga wayang, ia pun diludahinya. Pangkuannya penuh ludah Nimbang waringin.
Karena Sumur Bandung merasa dihina, lagi pula dicemburukan ratu, sekalian dimintanya ratu Munding Keling, dari tangan Nimbang waringin. Nimbang Waringin merasa terhina pula. Pertengkaran terjadi, kemudian diteruskan dengan perkelahian antara kedua wanita itu. Nimbang Waringin tak kuat melawan Sumur Bandung. Ia lari dan minta bantuan kepada madunya (istri ratu yang lain yang jumlahnya ada 41)
Di alun-alun diadakan pertandingan mengadu kecantikan antara Sumur bandung dan Nimbang Waringin beserta semua madunya. Nimbang Waringin kalah dalam pertandingan itu. Selanjutnya diadakan pertandingan berpanjang-panjang rambur, ketangkasan bermain keris, dan lain-lain. Kemenangan selalu ada di pihak Sumur Bandung. Ketika diadakan “adu tinja” , siapa yang tinjanya harum, itulah yang menang, Sumur bandung minta Boreh batara Guru kepada Sunan Ibu. Tinja Nimbang Waringin ternyata lebih busuk daripada tinja Sumur Bandung.  Pertandingan terakhir mengadu kerbau, dan yang menang, juga Sumur bandung.
Karena terus-terusan kalah, diterkamnya Sumur Bandung, namun Nimbang waringin kewalahan dan minta bantuan kepada semua madunya. Karena kekuatannya tidak seimbang, Sumur bandung minta pula bantruan kepada Langen Sari. Semua musuh Sumur bandung dapat dihalaunya.
Melihat Langes sari turut campur, kalang Sutra dan Nimbang Waringin tidak dapat tinggal diam, lalu ia pun turut membantu Nimbang Waringin
Diceritakan bahwa perang antara Sumur bandung dan Nimbang Waringinsudah cukup lama, tetapi satu pun tidak ada yang kalah. Masing-masing mencoba kesaktiannya. Sumur Bandung berpendapat bahwa perang tidak akan selesai-selesai, oleh karena itu, ia akan minta bantuan Sunan Ibu di sorgaloka untuk mengalahkannya. Sumur Bandung segera pergi ke Surgaloka, diikuti oleh Nimbang waringin. Nimbang waringin dihisap kekuatannya oleh Sumur Bandung sehingga kecapaian kalau harus mengikuti terus Sumur Bandung ke sorgaloka. Untuk mengalahkannya, sama sekali ia tak sanggup. Nimbang waringin takluk, dan dengan rela menyerahkan suaminya kepada Sumur Bandung
Sesudah itu oleh Sunan Ibu, Sumur Bandung diberi bahan anak sebesar kacang hijau. Bahan anak itu ditelan oleh Sumur Bandung,
Sepulangnya dari surgaloka, Sumur bBndung dan Nimbang Waringin bertemu dengan saudara-saudaranya yang sedang berkelahi di lautan. Dengan adanya pertemuan itu menyebabkan yang berkelahi berhenti, selanjutnya Langen Sari, Kalang Sutra, juga Sumur Bandung kembali ke Kuta Waringin seterusnya diadakan pesta perkawinan antara Sumur Bandung dengan Ratu Munding Keling.
Dikabarkan bahwa ada sebuah negara yang bernama Rucuk pajajaran. Rajanya bernama Raden Jaga Ripuh, saudara permuannya bernama sekar pakuan.
Demi mendengar Sumur Bandung sudah menikah dengan Ratu Kuta waringin, Jaga Ripuh amatlah susah. Ia pernah menyerahkan sejumlah uang lamaran kepada Rangga Wayang. Timbul niatnya untuk mencuri Sumur Bandung. Tetapi segera ketahuan oleh Rangga Wayang dan Sumur Bandung sendiri. Rangga Wayang menjadikan dirinya sebagai Sumur Bandung dan segera mendekati Jaga Ripuh. Setelah dilihat Jaga Ripuh bahwa Sumur Bandung ada di kebun bunga, ditangkapnya Sumur Bandung palsu itu. Dengan perasaan gembira ia membawa Sumur Bandung palsu ke negaranya. Tak lama kemudian, ia sudah berada di negaranya (Rucuk Pakuan).
Seperginya Jaga Ripuh setelah menyerahkan Sumur Bandung kepada Sekar Pakuan, Rangga Wayang menjadikan dirinya kembali kepada ujudnya semula. Melihat kejadian itu Sekar Pakuan minta agar tidak dianggap ikut dalam persekongkolan itu. Permintaan Sekar Pakuan dapat diterima oleh Rangga Wayang, kemudian Rangga Wayang bersma-sama dengan Sekar Pakuan kembali ke Kuta Waringin. Sekar Pakuan diserahkan oleh Rangga Wayang kepada ratu untuk dijadikan selir.
Tak lama sesuadh itu, Rangga Wayang menyerahkan lagi Jaga Ripuh kepada ratu, setelah berhasil dikalahkannya, seterusnya negara Kuta Waringin menjadi negara yang aman, sentausa, subur makmur

Sumber ceritera
e.d C.M. Pleyte, 1910

 (B)

Raja Agung Purba Mantri Pangeran Purba Kusuma pergi ke negara Daha dengan maksud mencari calon istri, tetapi tak ditemukannya. Kemudian ia pergi ke Kuta Waringin. Di sini ia menemukan tiga orang calon, yakni: Nyai Tanjung Waringin, Nyai Nimbang Waringin dan Nyai Jurit Aji lanjang Sari. Kemudian raja menikah dengan ketiga orang putri itu. Patihnya (kakak prameswari) namanya Raden Gajah Waringin. Panakawannya dua orang, yaitu: Candra Wali dan Candra Terebang.
Pada suatu waktu, raja menyuruh Gajah Waringin menaklukan negara Kuta Siluman, tetapi ia tidak sanggup. Ada yang dapat mengalahkan negara Kuta Siluman yaitu Raden Langen Sari, kakak Nyai Sumur Bandung, satria yang berkelana, pertapa sakti yang dapat berubah menjadi kakek-kakek.
Langen Sari mengubah dirinya menjadi satria kembali, lalu pergi ke negara Kuta Siluman. Dengan perantaraan Nyi Mas Maya Siluman, adik ratu, Langen Sari bisa menemui Rangga Siluman, raja Kuta Siluman. Diajaknya raja rangga Siluman takluk kepada raja Agung, tetapi ditolaknya. Langen Sari terus mengajak, sedangkan Rangga siluman tetap menolaknya. Akibatnya terjadilah peperangan yang dahsyat sekali. Mereka saling mendorong dan saling mendesak, hingga sampailah di negara Pucuk Beusi. Rajanya bernama Rangga Cempaka, adiknya bernama Nyi Mas Campaka Larang Mantri Kembang.
Setelah dilihatnya ada yang mengadu kekuatan, raja melibatkan dirinya, ia memihak kepada Rangga Siluman. Yang berperang sampai di negara Daha. Rajanya Pati Jalak Mangprang dan adiknya Nyi Mas Mangprang Wayang. Setelah diberitahukan oleh adiknya bahwa ada yang sedang berperang, maka pergilah raja ke tempat peperangan, yang berperang tampak sedang tergolek kepayahan. Ketiga orang yang mengadu kekuatan itu dibawanya ke paseban, tetapi ternyata Rangga Campaka dan Rangga Siluman sudah meninggal. Dengan ajimatnya, Mangprang Wayang menghidupkan kedua orang itu. Seterusnya kedua orang itu ingin membaktikan dirinya kepada raja Agung Purba Mantri. Begitu pula halnya Cempaka Larang dan maya Siluman.
Langensari berpamitan kepada raja untuk meninggalkan istana, karena ia telah lama tidak bersua dengan Sumur Bandung, yang dituju adalah negara Bitung Wulung.
Sesampainya di Bitung Wulung, Langen sari memanggil-manggil adiknya, tetapi Sumur Bandung tidak mau menyahut. Sumur Bandung mengakui bahwa ia mempunyai kakak yang bernama Langen Sari, tetapi sedang bertapa. Untuk membuktikan pengakuannya itu Langen Sari harus dapat mengalahkan tabuhan kembar. Berkat kesaktiannya, tabuhan itu dapat dibunuhnya. Sumur Bandung minta agar tabuhan tersebut dihidupkan kembali. Tabuhan dapat dihidupkan kembali, tetapi Sumur Bandung, belum juga puas hatinya. Kemudian Sumur bandung menyuruh Langen sari berenang di dalam kendi. Dengan senangnya Langen Sari berenang di dalam kendi. Akhirnya Sumur Bandung ingin melihat tanda yang ada di kepala Langen Sari, jelas sekali Sumur Bandung melihat tanda luka di kepala Langensari, barulah Sumur Bandung yakin bahwa itu adalah kakaknya, lalu ia minta maaf atas kehilapan yang diperbuatnya.
Selanjutnya Langensari mengajak Sumur Bandung pergi ke Kuta Waringin. Sebelum berangkat, Sumur Bandung menciutkan negara Bitung Wulung, lalu dimasukannya ke dalam penjara, seterusnya kedua bersaudara itu terbang.
Dari udara dilihatnya Raden Gangsa Wayang dan adiknya Nyi Salasa Wayang sedang berlayar. Langensari mencoba memberhentikan kapal itu. Terasa oleh Gangsa Wayang kapal oleng. Disuruhnya Rangga Wayang yang berada dalam kapal untuk memeriksanya. Rangga Wayang tidak kembali ke kapa, tetapi bersembunyi di dalam hutan (gua), karena yang mengganggu kapal itu adalah adiknya sendiri, Langensari.
Karena Rangga Wayang tidak juga muncul, Gangsa Wayang dan Salasa wayang turun ke laut. Diketahuinya bahwa yang berbuat untuk mengganggu lajunya kapal adalah Langensari, Langensari ditanya oleh Gangsa Wayang tentang asal dan maksudnya. Dijawabnya bahwa ia berasal dari Kampung Bitung Wulung dari negara Kuta Waringin. Dikatakan oleh Langensari, bahwa ia disuruh raja melihat kapal itu. Timbul percakapan yang dilanjutkan dengan peperangan, peperangan itu lama sekali, Gangsa Wayang minta kepada adiknya supaya peperangan dihentikan. Ubun-ubun Langensari dihisap oleh Salasa Wayang, hingga Langensari lemah lunglai tak berdaya. Sukmanya masuk ke seekor burung koleangkak, sambil terbang burung itu bersuara “Mun teang, mun teang !  (tengonglah segera). Hal itu diketahui oleh Sumur Bandung, oleh karena itu ia segera masuk ke dasar laut.
Sesudah Langensari dihidupkan kembali oleh Sumur Bandung, peperangan antara Langen Sari dengan Gangsa Wayang diteruskan. Salasa Wayang tahu bahwa Langen Sari dihidupkan oleh Sumur Bandung. Sumur Bandung dikejarnya, Sumur Bandung bersembunyi di dalam rumpun kaso. Salasa Wayang minta kepada Ibu Dewata agar ia diberi senjata. Permintaannya itu dikabulkan oleh Ibu Dewata, hanya saja semua senjata pemberian itu tidak mempan. Bahkan semuanya menghilang dan menyusuk ke dalam diri Sumur Bandung.
Setelah semua senjata yang dimilikinya habis, Salasa Wayang ditendang oleh Sumur Bandung, hingga sampai di mega malang. Sumur Bandung menyusulnya, Salasa Wayang ditangkapnya, lalu dimasukkan ke dalam penjara besi. Penjara besi ditepuk oleh Sumur Bandung, jatuh di hulu dayeuh negara Kuta Waringin.
Setelah itu Sumur Bandung menemui saudaranya yang masih berperang di dasar lautan, Sumur Bandung memperingatkan Langensari agar menggunakan kesaktiannya, Langensari sadar akan kehilapannya. Gangsa Wayang dilemparkannya, sehingga ia terjerembab, dan terus lari ke dalam hutan.
Sehabis berperang, Langensari memberitahukan Sumur Bandung bahwa ia akan pergi mencari Rangga wayang. Tak lama kemudian Rangga Wayang berhasil ditemukannya.
Gangga Wayang yang bersembunyi di dalam hutan bertemu dengan Gajah Hambalang dan Badak Hambalang. Disuruhnya agar jala yang dibawa mereka ditebarkan pada kapal yang ditumpangi Langen Sari dan Sumur Bandung. Dengan perjanjian, kalau berhasil, kapalnya untuk Gangga wayang, sedangkan isinya termasuk Sumur Bandung yang cantik itu untuk Gajah Hambalang. Kapal berhasil dijalanya, tetapi jala itu oleh Langen Sari dijadikan dua bagian. Gangsa Wayang menyerah kepada Langen Sari. Gajah Hambalang dan Badak Hambalang lari ke hutan.
Atas usul Langen Sari kapal dilabuhkan di lubuk Cinanggiri, nanti kalau Sumur Bandung berputera dari raja Kuta Waringin, kapal itu hendaknya dipakai berlayar bersuka ria.
Setelah itu mereka kembali ke Kuta Waringin, tetapi sebelumnya singgah dulu di negara daha. Mereka diterima oleh Nyai Mangprang Wayang dan Patih Jalak Mangprang.
Dalam suatu pertemuan, Langen Sari bermaksud menyerahkan orang yang akan berbakti di negara Kuta Waringin. Menurut perhitungan ada sembilan orang, termasuk seorang kepalanya. Tetapi ternyata hanya ada delapan orang, yaitu: Rangga Siluman, Rangga Cempaka, Jalak Mangprang, Gajah Hambalang, Badak Hambalang, Gangsa wayang, Rangga wayang fan Langen Sari sebagai kepala.
Diputuskan dalam pertemuan itu bahwa Rangga Wayang yang harus mencari orang untuk melengkapi junlahnya. Atas petunjuk Pati Jalak Rangrang, orang yang gagah serta adiknya yang cantik adalah Raden Sutra Panandur Wayang dan Nyi Mas Sutra Kembang Padma Larang. Mereka ada di negara Paku Rucukan Beusi.
Setelah siap segalanya, pergilah Rangga wayang ke negara Paku Rucukan beusi, sesampainya di negara itu Rangga Wayang menyamar sebagai kakek-kakek yang bernama Aki Moskol. Oleh raja ia dijadikan penyabit rumput. Tetapi amatlah mengagetkan seisi keraton, karena segalanya menjadi berantakan karena apa yang dikerjakannya selalu bertentangan dengan apa-apa yang biasa dilakukan orang. Menyabit rumput, bukan rumput yang disabitnya melainkan alat vital kuda. Disuruh menyiangi tumbuh-tumbuhan, semua tanaman yang ada dibabatnya.
Diceritakan bahwa Rangga wayang dapat memboyong Padma Larang. Seisi keraton heboh karena Padma Larang tidak ada.
Padma Larang diserahkan Rangga Wayang kepada Sumur Bandung untuk dijadikan teman bermain.
Sutra Panandur berkeyakinan bahwa Aki Mongkol-lah yang punya ulah. Segera ia mencarinya ke negara Daha. Empat ponggawa Daha menghadapinya. Terjadilah peperangan hebat sekali. Keempat ponggawa itu dapat dikalahkannya. Mereka melarikan diri. Langen Sari ganti menghadapi Sutra Panandur, Sutra Panandur kalah, dan ingin berbakti kepada Langen sari.
Selanjutnya karena ponggawa sudah lengkap, Langen Sari mengajak mereka pergi ke negara Kuta Waringin. Sesampainya di Kuta Waringin diadakanlah pesta.


Prabu Kidang Pananjung berputra tiga orang, yakni Patih Kuda Rangga Wayang, Patih Kuda Langon Sari dan Nyi Mas Sumur Bandung
Prabu Kidang Pananjung bermaksud menyerahkan negara Bitung Wulung kepada Sumur Bandung. Kepada putranya yang sulung, Rangga Wayang akan diserahi ajimat pisau kencana, putranya yang kedua diserahi keris parung ganja wulung, sedangkan Nyi Sumur Bandung menerima negara Bitung Wulung dengan diberikannya pula ajimat harimau putih kembar, kanjut kundang dan tabuhan dua ekor.
Prabu Kidang Pananjung berpesan kepada Sumur bandung sebelum Rangga Wayang dan Langon Sari mempunyai negara sendiri dan berkeluarga, azimat itu tidak akan diberikan.
Setelah menyerahkan negara dan ajimat-ajimat tersebut, Prabu Kidang Pananjung “tilem” (menghilang). Sepeninggal ayahnya Rangga Wayang dan Langon Sari bermaksud mengembara ke setiap negara. Sebelum berangkat mereka minta kepada Sumur Bandung agar menyerahkan azimat pemberian ayahnya itu, tetapi Sumur Bandung tak mau memberikannya, ia berpegang teguh kepada pesan ayahnya. Terjadilah pertengkaran mulut yang dilanjutkan dengan perkelahian. Dalam perkelahian itu keris yang dilemparkan Sumur Bandung mengenai pinggang Rangga Wayang. Rangga Wayang terlempar ke puncak Gunung Jingga.
Melihat nasib kakaknya demikian, Langon Sari menjadi marah. Ia berniat menerkamSumur Bandung, tetapi duhung mengenai kepalanya, Langon Sari terlempar pula dan jatuh di alun-alun.
Selanjutnya Rangga Wayang insaf akan kesalahannya, dan minta maaf kepada Sumur Bandung, setelah itu ia bertapa di puncak gunung Sakobar. Sebaliknya Langon sari, ia menaruh dendam kepada Sumur Bandung. Ia tidak lagi mengakui Sumur Bandung sebagai adiknya.
Dari gunung Sakobar, rangga wayang pindah bertapa ke sudut matahari. Sesudah tujuh hari bertapa, ia bertemu dengan Sunan Ibu yang datang dari surga. Di suruhnya rangga Wayang menuju negara Karang Ganjaran. Rajanya bernama Putri Balung Tunggal nyi Mas Saramah wayang. Putri itu bersaudarakan Patih Gangsa Wayang. Sang putri memiliki tiga buah azimat , yakni golok sekung, keris kalamunyang dan panah durangga sakti. Sesudah menerima azimat ruas undur-undur, taji malela dari Sunan ibu, Rangga wayang terbang ke negara Karang Ganjoran, negara di tengah lautan, dengan maksud melamar saranah wayang. Lamaran diterimanya. Dengan penuh kebahagiaan rangga Wayang akhirnya menikah dengan Sarasah wayang.
Setelah ditinggalkan oleh kedua saudaranya, Nyi Sumur Bandung merasa tersiksa. Oleh karena itu sesudah menyerahkan azimat duhung parung ganja wulung kepada emban, Sumur Bandung mengubah negaranya menjadi gumpalan tanah sebesar gula jawa. Kemudian dimasukannya ke dalam kanjut kundang. Setelah itu dibawanya terbang dan dijatuhkannya isi kanjut kundang itu, terjemalah sebuah negara yang diberinya nama Bitung Wulung Emas Beureum Ujung Pulo Nagara babakan Nangsi.
Rangga Wayang dan Langon Sari tak bisa hilang dari ingatan Sumur Bandung. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan kedua saudaranya itu. Selanjutnya ia bertapa di bawah pohon katomas.
Dalam petualangan Langon Sari didatangi ayahnya yang telah tiada. Langon Sari dinasehatinya agar sadar akan kesalahannya, dan mau mengakui serta mengasihi Sumur Bandung, disuruhnya kembali ke negara Bitung Wulung, tetapi Langon Sari tetap menolaknya. Ia ingin terus bertualang serta mencari kakaknya, Rangga Wayang.
Karena Langon Sari tetap saja pada pendiriannya, ayahnya menyuruh pergi ke negara Kuta Waringin. Raja negara itu bernama Sungging Purba Mantri Ratna Demang Rangga Lawe Ratu Kasirigan Wangi, yang berasal dari Pajajaran, putra Prabu Siliwangi.
Raja ini mempunyai tiga permaisuri, yakni : Nimbang Waringin, Padma Larang Keling Kancana dan Jurit Haji Mila mantri. Dikatakannya bahwa keris parung ganja wulung yang jantan ada di negara itu. Keris yang ada pada Sumur Bandung adalah yang betinanya. Untuk memperoleh keris itu haruslah menyamar sebagai seorang kakek yang menjijikan dengan julukan Aki Jobin Jobabintara.
Pada waktu itu Ratu Sungging sedang mendapat kesusahan. Ia merasa tersaingi oleh Patih Rangga Siluman dari negara Kuta Waringin dalam hal kegagahan dan kekayaannya. Ia ingin mengalahkannya, tetapi merasa tidak mampu. Maka meminta bantuan kepada Patih gajah Waringin, kakak Nimbang waringin. Permintaannya tak dikabulkan, karena Gajah Waringin tak sanggup mengalahkan Rangga Siluman yang terkenal gagah, hanya ia menunjukan jalan untuk mencapai tujuan itu, disuruhnya Nimbang Waringin menghubungi Jobin Jobabintara yang sedang bertapa.
Jobin Jobabintara menyanggupi permintaan itu, tetapi dengan syarat bahwa ia harus diberi senjata dan disembelihkan kerbau. Gajah Waringin menyerahkan keris parung ganja wulung yang jantan kepada Jobin Jobabintara. Bukan main gembira hatinya menerima senjata yang memang dicari-carinya.
Langon Sari berhasil mengalahkan Rangga Siluman. Setelah itu Langon Sari bertemu dengan Jalak Mangprang, saudara seayah Langon Sari.
Jalak Mangprang berhasil menyadarkan Langon Sari atas kekeliruan terhadap adiknya, jalan mangprang dan wayang Mangprang menasehati Langon sari agar mencari Sumur Bandung dan membawa ke negara Daha.
Di perjalanan, Langon Sari bertemu dengan Sarasah Wayang, istri Rangga wayang. Dalam suatu peperangan, Sarasah wayang dapat dikalahkan Sumur Bandung.
Sesuai dengan janji Langon Sari bahwa jika Sumur Bandung mau dibawa pulang ke daha akan dikawinkan dengan Raja Sungging, maka sesampainya di negara itu akan dilangsungkan pesta besar-besaran. Tetapi sebelumnya, negara Paku Rucuk beusi yang rajanya bernama Jaka Panandur harus ditaklukan dulu oleh Rangga Wayang.
Setelah menaklukan Jaka Panandur, Rangga Wayang mengawinkan Sumur Bandung dengan Raja Sungging. Rangga Wayang dan Langon Sari tetap tinggal di negara Babakan Karta Yuda.
Sumur Bandung ingin sekali mempunyai keturunan yang dapat meneruskan jejaknya memerintah negara.
Sumur Bandung akhirnya mengandung, dan pada saat melahirkan, ia ditolong oleh prameswari Nimbang Waringin. Bayinya perempuan, tetapi kemudian ditukar dengan seekor kucing. Bayi yang tak berdosa itu dimasukkan ke dalam peti besi, lalu dihanyutkan ke sungai Cisanggiring, sedangkan Sumur Bandung akhirnya di buang ke hutan, karena raja sungging tidak mau mempunyai snak seekor kucing.
Bayi yang hanyut terkatung-katung ditemukan oleh Aki dan Nini Benggol Jalawura. Bayi itu dinamainya Nyi Ilid.
Demi mendengar bahwa kesengsaraan yang diderita Sumur Bandung dan bayinya karena ulah Nimbang Waringin dan Gajah waringin, maka Rangga wayang marah sekali, ia ingin sekali membalas dendam, tetapi selalu dihalang-halangi oleh Sumur Bandung, bahkan Nyi Sumur Bandung menyarankan agar hal itu jangan dibesar-besarkan. Untuk membuka tabir kelicikan Nimbang Waringin lebih baik dicarikan yang sehalus-halusnya.
Dalam perjalanan pulang menuju Kuta waringin, Sumur bandung menciptakan sebuah negara baru yang diberinya nama Babakan Karta Yuga, kemudian bayinya yang bernama nyi Ilid diganti namanya menjadi Aci Bangbang Sumega Wayang Nyi Mas Ayu Karantenan.

PANGGUNG KARATON

Negara Pakuan Pajajaran, negara subur makmur. Rajanya bernama Pangeran Banyak Wide Ciung Wanara Aria Rangga Sunten prebu ratu Galuh. Patihnya bernama Raden Patih Sungging Kalang somantri. Permaisurinya bernama Aci Wangi Mayang Sunda Raja Inten. Puteranya bernama Layung Batik Panganginan Munding Larik Cemeng Jaya.
Namyak Wide Ciung Wanara pada suatu ketika menyuruh putranya itu mencari negara yang cocok dengan gambar musa tigang puluh tiga, bangsawan sawidak lima, gagaman sajuta malang.
Sesudah menerima gambar nusa tigang puluh tiga dari ayahnya dan menerima “duhung si gagak karancang” dari ibunya, berangkatlah Layung Batik dengan disertai patih Sungging Kalang Somantri.
Diceritakan bahwa ada sebuah negara yang bernama Dayeuh Manggung, rajanya bernama prabu dalem Panggung Karaton Aria Mangku Nagara. Raja tersebut mempunyai adik perempuan bernama Agan Bungsu Rarang Purbaratna Aci Kembang.
Panggung Karaton merasa heran, meskipun banyak sekali yang melamar adiknya, namun adiknya tidak juga mau bersuami. Akhirnya diketahui, bahwa Bungsu rarang hanya mau menikah dengan pria yang dapat memecahkan seloka yang selama ini mengganggu hatinya.
Maka diadakanlah sayembara, siapa yang berhasil memecahkan “siloka” itu akan dijadikan suami Bungsu Rarang. Tetapi tiada seorangpun dari semua putra mahkota atau raja semuanya yang dapat menebak makna siloka itu. Semuanya kembali dengan tangan hampa.
Dalam pencarian negara yang cocok dengan gambar yang dibawanya, Layung Batik hampir-hampir merasa putus asa, negara yang ditemukannya tidak sesuai dengan gambar. Maka ia bermaksud pulang ke negaranya. Tetapi dalam perjalanan pulang setelah melalui hutan belantara sampailah di negara Dayeuh Manggung. Negara itu cocok sekali dengan gambar nusa tigang puluh tiga.
Pada suatu malam Bungsu Rarang mimpi terkena sinar matahari, memangku bulan dan kejatuhan bintang, berlayar di lautan dan kena percikan ombak. Untuk mengetahui makna mimpi itu, raja menyuruh Patih Kalang Somantri Sungging yang disertai Lengser pergi ke luar negara.
Patih Kalang Somantri bertemu dengan Layung Batik, lalu diceritakanlah mimpi Bungsu Rarang, dan Layung Batik dapat memahami arti mimpi itu. Akhirnya Layung Batik menikah dengan Bungsu Rarang. Sesudah pernikahan, Layung Batik diserahi kerajaan oleh Panggung Karaton, dan berganti nama menjadi Pangeran Surya Kancana Rat Sajagat.
Semua raja atau putera mahkota yang pernah ikut sayembara merasa sakit hati atas kekalahan bersaembara, mereka ingin mengobrak-ngabrik negara Dayeuh Manggung. Begitu mendengar bahwa Bungsu rarang telah menikah, mereka mencoba menimbulkan keonaran-keonaran, tetapi semuanya dapat diatasi oleh kesaktian Panggung Karaton. Semua raja dapat ditaklukannya dan semua dijadikan ponggawa negara.
Salah seorang raja yang merasa penasaran untuk memperoleh Bungsu rarang, adalah Raden Pati Gajah Manggala, raja dari Kuta Ganggelang. Ia menyuruh jurig Jonggrang Kalapitung menculik Bungsu Rarang.
Setelah diketahui Panggung Karaton bahwa Bungsu Rarang tidak ada di tempat, segeralah menyuruh Kalang Somantri pergi ke negara Kuta Ganggelang. Ia berkeyakinan bahwa adiknya ada di negara itu. Tetapi malang, Kalang Somantri dapat dipenjarakan di Kuta Ganggelang. Diutusnya Kaling Somantri, adik dari Kalang Somantri, untuk mengetahui hal ihwal kalang Somantri. Utusan ini pun tidak kembali, ia senasib dengan kakaknya, ia dipenjarakan pula.
Panggung karaton bermimpi memiliki dua ekor ayam jantan yang dikurung dalam kurungan besi, ditafsirkanlah bahwa saudaranya dan kedua ponggawa ada dalam kesulitan. Setelah minta ijin dari Layung batik, ia pergi meninggalkan keraton, bermaksud mencari ketiga orang yang selama ini dikhawatirkannya. Dengan menyamar sebagai kuli, sampailah ia di negara Kuta Ganggelang. Setelah menghadap raj, ia dimasukan ke penjara. Di sana diketahuinya bahwa kedua ponggawanya telah meninggal. Dengan jimat astagina, kedua ponggawanya dapat dihidupkan kembali. Selanjutnya Panggung Karaton mengadu kekuatan dengan Gajah Manggala, raja Kuta Ganggelang. Dalam beberapa perkelahian, ternyata keduanya sama-sama kuat, sama-sama gagah. Namun akhirnya Gajah Manggala dapat dikalahkan juga. Bungsu Rarang ditemukan, namun dalam keadaan telah meninggal, berkat azimat cupu manik astagina, ia dapat dihidupkan kembali. Gajah Manggala menyatakan takluk dan dibawanya ke negara Dayeuh Manggung.
Diceritakan pula bahwa jurig Jonggrang kalapitung setelah menyerahkan Bungsu Rarang kepada Gajah Manggala, merasa belum puas karena niatnya belum terlaksana. Ia masih penasaran untuk memiliki Bungsu Rarang. Pada suatu ketika di kala Bungsu rarang sedang mandi di jamban larangan, Jonggring Kalapitung berhasil menculik dan menerbangkan Bungsu Rarang. Tetapi sial sekali, ketika sedang di angkasa, Bungsu Rarang yang sedang hamil tua minta diturunkan di suatu tempat, karena merasa segera akan melahirkan. Bungsu Rarang melahirkan dua orang putra dan kelahirannya ditolong oleh paraji Batin Nyi Mas Pohaci Robaning Angin, suruhan Sunan Ambu.
Peristiwa hilangnya Bungsu Rarang dilaporkan kepada raja oleh dua orang emban yang mengantarnya madi di jamban larangan. Setelah mendengar laporan tersebut, Panggung Karaton pergi meninggalkan istana untuk mencarinya. Di sebuah hutan Panggung Karaton mendapat kabar dari ibunya di kahyangan bahwa Bungsu Rarang ada di dalam perut ular wulung (penjelmaan dari Jonggrang Kalapitung). Dikatakannya pula bahwa kedua putra Bungsu Rarang-lah yang akan dapat membunuh ular itu. Kedua anak Bungsu rarang namanya yang sulung adalah Raden Gagak Karancang dan adiknya Raden Gagak Lumayung. Dari neneknya kedua anak itu menerima duhung/senjata yang akan digunakan untuk menolong ibunya dari perut ular wulung.
Akhirnya ular wulung dapat dibunuh oleh kedua anak Bungsu Rarang. Seterusnya Gagak Karancang dan Gagak Lumayung membawa ibunya kembali ke negaranya.
Sebagai tanda syukur bahwa mereka telah selamat, diadakanlah pesta besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Tamu dari mana-mana berdatangan, mereka turut bergembira karena kedua putra pasangan Layung Batik dan Bungsu Rarang selamat dan berkumpul kembali.

Sumber ceritera
Ki Atjeng Tamadipura, Situraja Sumedang
1971

PRENGGONG JAYA

             Prenggong Jaya Di Kusumah adalah bangsawan keturunan Pajajaran yang tinggal (dan memerintah) di negara Gunung Tanjung Pangematan. Ia mempunyai adik perempuan bernama Nyi Ratna Inten namanya. Patihnya bernama Patih Hahak Wulung Aria Gading Malela.

Ke negara itu datanglah ratu Pakuan Pajajaran yang masih jejaka, yaitu Prabu Bengker Pakuan. Kedatangan raja ke negara tersebut adalah untuk menceri calon permaisuri. Puteri Ratna Inten berkenan di hati sang prabu, sedang putri Ratna Inten sendiri sangat berbahagia menerima cinta sang prabu. Demikian pula Patih Gagak Wulung, bangsawan-bangsawan Gunung Tanjung Pangrematan, akhirnya negara Gunung Tanjung Pangematan diserahkan pula kepada Prabu Bengker Pakuan. Peristiwa pernikahan dan penobatan sang prabu dilaksanakan dengan diam-diam, hingga menyebabkan sang prabu merajuk. Hal ini menyebabkan Putri Ratna Inten mengadu kepada Patih Gagak Wulung, sehingga akhirnya diputuskan untuk menyelenggarakan pesta besar-besaran
Suara pesta terdengar oleh Putri Aci Dewata Maliwangun, adik patih Gagak mariung. Ia mengajak kakaknya untuk datang mengabdi kepada raja pakuan yang telah menikah dengan Putri Ratna Inten. Berita ini mengingatkan sang kakak, Patih Gagak Mariung, tentang suatu perjanjian dengan Prenggong Jaya. Mereka pernah bertapa bersama-sama dan karena kehabisan uang, Prenggong Jaya meminjam kepada Patih Gagak Mariung sebanyak tujuh keti. Prenggong Jaya mengatakan bahwa ia tidak akan dapat membayar, oleh karena itu kelak apabila adiknya Putri Ratna Inten diminta orang, ia akan memberitahukan dulu kepada Gagak Mariung. Itulah sebabnya ketika adiknya mengajak pergi ke Gunung Tanjung Pangematan, Gagak Mariung tidak menolaknya karena ia akan menagih hutang kepada Prenggong Jaya. Gagak mariung berangkat dengan anak buahnya, dan siap melawan prabu bengker Pakuan, walaupun sempat dicegah oleh Aci Dewata Maliwungan.
Peperangan tidak dapat dihindari, ketika Prenggong Jaya tak dapat membayar hutangnya. Prenggong Jaya mula-mula terdesak, akan tetapi datang Gagak Wulung yang membantunya. Mereka berhasil menghalau Gagak Mariung. Waktu melarikan diri, dia malah diserang oleh teman-temannya yang mengira bahwa dia adalah Prenggong Jaya. Gagak Mariung dapat selamat karena ditolong oleh Aci Dewata yang ikur bersamanya, walaupun dari kejauhan. Setelah ditolong, Gagak mariung kembali menyerang Prenggong Jaya, padahal ia telah dicegah oleh Aci Dewata. Gagak Mariung akhirnya dikalahkan oleh Prenggong Jaya. Ketika sedang berperang sebenarnya Gagak Mariung memperoleh bantuan dari beberapa orang, yaitu di Kiara Jngkang dibantu Bagedud jayaperang, di Cadas malang Batu Tumpang oleh Kalang Kidang jalak panggung, di Sangiang Kepuh Nunggal dibantu oleh Munding Sageri Aci Sageri. Keseluruhan orang yang membantunya sebenarnya sedang bertapa sebelum mengabdi kepada Ratu Pakuan. Ketika peperangan sampai di Nusa Dinding yang diperintah oleh Munding Lumiring Aci Lumiring. Munding Lumiring dan kawan-kawannya terbunuh oleh Prenggong Jaya, karena membantu Gagak Mariung. Karena semua musuh-musuh Prenggong Jaya, dapat dihidupkan kembali, akhirnya mereka mengabdi kepada Raja Ppakuan. Mereka ikut ke negara Gunung Tanjung dan mengabdi kepada raja Pakuan, demikian pula putri Aci dewata pun dipersembahkan kepada Ratu pakuan.
Di negara Kuta waringin memerintah raja Lemu Pelengkung yang mempunyai adik perempuan bernama Nyi Sumur Bandung. Nyi Sumur bandung mendengar tentang pesta di negara Gunung Tanjung, lalu mengajak kakaknya untuk mengabdi ke Raja Pakuan. Akan tetapi kakaknya justru bermaksud lain, ia akan mencuri Putri Ratna Inten, niatnya tidak dapat dicegah oleh Nyi Sumur Bandung.
Lemu Pelengkung mempergunakan kesaktiannya dan membuat penghuni Gunung Tanjung tertidur, akan tetapi ajian sirepnya tidak mempan terhadap Putri Ratna Inten dan prenggong Jaya. Prenggong Jaya yang tahu akan kedtangan mara bahaya lalu menyuruh adiknya bersembunyi dan ia merubah dirinya menjadi Ratna Inten. Lemu pelengkung terkecoh dan dengan gembira membawa Ratna Inten palsu.
Setiba di Kuta waringin, Lemu Pelengkung melamar Ratna Inten palsu yang menolak sementara, dengan alasan agar Lemu Pelengkung bersabar menunggu masa idah selama 77 tahun. Lemu pelengkung menyanggupi dan menyerahkan Putri Ratna Inten untuk ditemani oleh Nyi Sumur Bandung
Dalam pergaulannya dengan Nyi Sumur Bandung, putri Ratna Inten palsu tidak dapat menyembunyikan dirinya, lalu merubah wujudnya kembali menjadi Prenggong Jaya. Prenggong Jaya lalu memasukan Nyi Sumur Bandung ke dalam kainnya. Di samping mencuri Nyi Sumur Bandung, dicurinya pula seluruh kekayaaan Kuta waringin. Kemudian ia mencukur sebelah kumis Lemu Pelengkung, lalu mengganti tutup kepalanya dengan kukusan nasi yang sudah ruksak, mengganti kerisnya dengan alat dapur lain. Setelah itu ia meninggalkan surat tantangan perang, kemudian pulang ke Gunung Tanjung
Setelah terjadi peperangan yang hebat, di mana Prenggong Jaya hampir kalah, kemudian dibantu Putri Ratna Inten, akhirnya Lemu Pelengkung dan anak buahnya dapat dikalahkan dan seterusnya mereka mengabdi kepada Raja Pakuan, dengan Nyi Sumur Bandung menjadi istri Raja Pakuan.
Karena peraturan Prenggong Jaya, Pangembar Wayang salah seorang pengikut Lemu Pelengkung dipekerjakan sebagai tukang kuda, karena ia tidak mempunyai adik perempuan. Karena beratnya pekerjaan, Pangembar Wayang melarikan diri ke Kuta Kancana. Di Kuta Kancana, ia disembunyikan oleh Aci Kancana dalam sebuah “taropong” (alat tenun). Aci Kancana adalah adik dari Gagak Kancana dan Tangga kancana.
Prenggong Jaya mengejar Pangembar Wayang yang ketahuan bersembunyi dalam “taropong”, Pangembar Wayang dapat menyelamatkan diri dengan jalan menendang dada Prenggong Jaya ketika keluar dari taropong. Pangembar wayang kemudian melarikan diri ke negara Parungpung Angin yang dirajai oleh Munding Wilis Jaya Gading. Munding Wilis diminta menyembunyikan dirinya, tapi oleh Munding Wilis malah diajak untuk menjaring negara Gunung Tanjung.
Ketika pulang dari Kuta Kancana, Prenggong Jaya mencuri delapanpuluh ekor kuda dengan cara gigi-gigi kuda tersebut dioleskan dengan kuda kepunyaannya, sehingga kuda-kuda tersebut dengan mudah dapat dibawanya. Gagak Kancana dan Rangga Kancana berangkat ke Gunung Tanjung untuk mengambil kembali kuda mereka. Prenggong Jaya memungkirinya, bahkan menghukum kedua orang itu dengan menempatkan mereka dipembuangan sampah.
Aci Kancana yang menghawatirkan nasib kakaknya menyusul ke Gunung Tanjung, dan akhirnya ia tahu bahwa kedua kakaknya dihukum secara tidak adil. Keberangkatannya ke Gunung Tanjung tidaklah sendirian, ia membawa anak kecil yang bernama Heulang Dewa Sakurungan. Anak kecil inilah yang akhirnya dapat mengalahkan Prenggong Jaya.
Pada saat Munding Wilis datang menjaring negara Gunung Tanjung, karena kesaktian Heulang Dewa Sakurungan dapat menghancurkan jaring tersebut dan Munding Wilis serta Pangebar Wayang menyerah kemudian mengabdi kepada Raja Pakuan.
Heulang Dewa Sakurungan akhirnya diangkat menjadi pamuk (panglima) oleh Raja Bengker Pakuan, menggantikan Prenggong Jaya.

Sumber Ceritera
Ki Samid, Cisolok Sukabumi
1971

RADEN TANJUNG


Raden Tanjung Mega Mendung Aria Kebo Kapendem, sedang bertapa di hunyur laki di Sanghiang Pondok Pangrarambon. Dia dibangunkan oleh Ratu Puspa Laya Mantri Raden Panganten Munding Rarik Combong Jaya, yang berasal dari Pajajaran, tapi kemudian menjadi raja di negara Pasir Batang Pangrematan. Dia menggerutu, karena tapanya belum selesai masih tiga hari lagi.
Raden Tanjung dimintai pertolongan oleh Raden Puspa Laya Mantri untuk mengalahkan Kasep Gadung Lila mantri yang mencuri prameswarinya, putri Palenggi Vina dan Sekar Cina.
Raden Tanjung, mula-mula menghancurkan rantai malela, yang mengikat para pamuk kerajaan Pasir Batang Pangrematan, yang ditawan Kasep Gadung Lila Mantri. Pamuk itu ialah: Munding Mantri, Rangga Mantri, Munding Waringin, Gajah Waringin, Kuda Campaka dan Rangga Campaka. Kemudian Raden Tanjung memerangi Kasep Gadung Lila mantri. Pada awalnya dia menjadikan dirinya menjadi anak kecil yang bergantung pada janggut Kasep Gadung, sesudah kembali menjelma menjadi dirinya sendiri, lalu bertarung mengadu kesaktian. Akhirnya Kasep Gadung Lila Mantri dapat dikalahkan dan menjadi taklukannya.
Negra Rimpak Bitung diserahkan kepadanya, tetapi Raden Tanjung tidak suka menyita negara orang, lalu diciptakannya negara di hulu negeri, disebutnya Babakan Kuta waringin. Ratu Puspa Laya Mantri dijemput, dan berkumpullah semua punggawa, para istrinya, dan Raden Tanjung menjadi kepala pamuk.
Waktu putri Palenggi Cina sedang mengandung, ia menginginkan buah pari kumbang yang berkulit emas, berbiji intan, milik Kebo Longkay Kalang Sinom. Tak seorangpun punggawa yang sanggup mencarinya, maka Raden Tanjung pergi mencarinya dibantu oleh saudaranya, Nyi Lutung Tunggal, Nu geulis Nimbang Layaran, yang sedang bertapa di pohon jambu condong.
Di hutan belantara, raden tanjung mengalahkan binatang peliharaan Nyi Lutung Nunggal, yaitu banteng lilin karena menghendaki tanduknya buat golok, dan badak putih karena menghendaki culanya. Kemudian Raden Tanjung mengalahkan ular laki, azimatnya cupurarang yang berisikan sang kamarang, diambilnya dari langit-langit mulut ular tersebut, lalu dikulumnya sehingga dia semakin sakti.
Dalam perjalanannya raden tanjung terperosok ke dalam lumpur getah peluang, tetapi ditolong oleh ibu Nyi Lutung Nunggal di Sorong Kancana, dengan cara menyinari dengan tujuh buah matahari ke rawa getah itu sehingga meleleh. Raden tanjung melompati kancah malela yang airnya mendidik, tubuhnya hancur, dan menjadi minyak setets, kemudian meresap ke dalam bumi tujuh lapis, akhirnya sampai ke negara Buana Rarang. Putri Omprang Rarang yang sedang bertenun menampung minyak setets itu dengan boeh rarang, dan raden Tanjung menjelma kembali seperti semula.
Raden Tanjung mengajak putri Omprang Rarang, dan saudaranya Gagak Karancang untuk mengabdi kepada menak Pajajaran, tetapi keduanya tidak patuh, maka negara Buana Rarang dihancurkannya sampai luluh. Tenun karamat dicurinya, lalu ia kembali ke Buana Panca tengah, menemui Nyi Lutung Nunggal untuk mencuri buah pari kumbang.
Setelah mengalami kesukaran, menembus pagar kawat dan pagar besi empat belas lapis, membunuhi ampar-ampar putih, buah pari kumbang yang hanya sebiji itu berhasil didapatkannya. Kebo Longkay Kalang Sinom, pemilik buah pari kumbang dpat dikalahkannya, begitu juga Pamentar Congkar Di Langit dan Kasep Demang Rangga Wayang dapat dikalahkannya juga berkat kesaktian yang dipunyai Kembang Tanjung

Sumber ceritera
Ki Samid, Cisolok Sukabumi
1971