RADEN GANTANGAN Wangi Mangkurat Mangkunagara adalah putra Kangjeng Prabu Siliwangi, raja Pakuan Pajajaran dan rtelah dijadikan putra mahkota.
Gantangan Wangi ingin melamar Enden Cintawati, adik Raden Patih Jayanegara.
Ketika hal itu disampaikan kepada ayahandanya, ia mendapat restu, ayahandanya tidak berkeberatan apabila ia mempersunting Cintawati. Tak lama kemudian ia pergi ke negara Tilu Kuta Emas, untuk melamar Cintawati.
Lamaran Gantangan Wangi diterima. Tak lama kemudian dilangsungkan pernikahan Gantangan Wangi dengan Cintawati
Diceritakan bahwa ada sebuah negara yang bernama Kuta Nusa Balitung. Rajanya bernama Gempur Alam. Adiknya tiga orang, yakni Rangga Sakti Mandraguna, Rangga Kemasandan Andon Kancana.
Menurut dangiang nagara, supaya negara selamat sentausa. Megara harus “diparepeh” (ditumbal) oleh penganten Cintawati/Gantangan Wangi’
Rangga Sakti dan Rangga kancana ditugasi membawa Cintawati ke negara Kuta Nusa Balitung.
Setelah siap semuanya kedua kakak beradik itu berangkatlah. Sesampainya di negara Gunung Tilu Kuta Emas, Rangga Kemasan menjadikan dirinya seekor kuda, tetapi perbuatan ini diketahui Jayanagara, maka diusirnya dia. Rangga Sakti menjadikan dirinya Gantang Pakuan (kakak kandung Gantangan Wangi)
Di hadapan Jayanagara, Gantang Pakuan palsu, meminta agar Gantangan Wangi pulang dulu ke Pajajaran, karena sang ibu ingin bertemu dengannya.
Permintaan itu ditolak oleh Jayanegara, karena negara dalam keadaan genting. Hanya saja, supaya sang ibu tidak begitu kecewa, sebagai gantinya diserahkanlah menantunya, Citrawati. Tentu saja hal itu disambut gembira oleh Patih Rangga kemasan dan Rangga Sakti.
Diceritakan bahwa putra Prabu Siliwangi ada lima orang, yang sulung bernama Raden Jaka Mangundra Prabu Guru Gantangan, yang kedua prabu gantang Pakuan, yang ketiga Raden Gantang Nagara, yang keempat Gantangan Wangi dan yang kelima Raden Meumeut Raden Ameut yang sedang melakukan tapa. Yang diserahi memegang tampuk pemerintahan adalah putra yang sulung.
Cintawati meninggalkan negara Gunung Tilu Kuta Emas, telah lebih dari waktu yang ditentukan, yaitu satu bulan. Oleh karena itu Jayanegara pergi menyusulnya ke Pajajaran.
Sesampainya di Pajajaran, Jayanegara sesumbar dan menantang penduduk pajajaran, termasuk prabu siliwangi sebagai sesepuh negara. Tetapi Gantang Pakuan-lah yang dituduh telah melanggar janji yang telah disepakati bersama itu.
Gantang Pakuan cepat-cepat menemui Jayanegara yang sedang mengamuk. Dengan hati-hati ditanyakannya sebab kemarahannya itu, tetapi hal itu tidak menjadikan kemarahan Jayanegara reda. Jayanegara tetap menuduh Gantang Pakuan telah menghina dirinya dan negaranya.
Selanjutnya peperangan antara Jayanegara dengan Gantang Pakuan tak dapat dihindarkan. Berkat usaha Raden Meumeut Raden Ameut (yang telah selesai bertapa) perkelahian dapat dihentikan. Dikatakan oleh Raden Meumeut raden Ameut, bahwa siapa yang bersalah apabila ditiup olehnya akan jatuh terkapar, sebaliknya jika bersih, akan kuat kembali. Ternyata Jayanegara ketika kena tiupan lalu roboh dan tak berdaya. Jayanegara mengakui bahwa dialah yang bersalah telah menyangka orang yang belum tentu kesalahannya. Selanjutnya Jayanegara minta petunjuk kepada Raden Meumeut Raden Ameut.
Sesudah dilihatnya melalui gambar lopian, diketahuilah bahwa Cintawati sedang berada di dalam peti besi di negara Kuta Nusa balitung, dan sebentar lagi akan dijadikan parepeh/tumbal negara. Ia akan dibakar pada sebuah api unggun.
Dengan ajian halimunan, Gantang Pakuan dan Jayanegara sampai di alun-alun Pangtaruman tanpa diketahui orang. Setiap kali api dinyalakan oleh Rangga sakti dipadamkan oleh Gantang Pakuan. Keempat kelima baru api menyala, karena dibiarkan oleh Gantang Pakuan.
Gantang Pakuan dan Jayanegara masuk ketengah-tengah gundukan kayu bakar. Di sana mereka duduk, siap untuk menerima Cintawati, jika nanti dilemparkan ke atas kobaran api.
Begitu Cintawati dilemparkan, ditangkaplah oleh Gantang Pakuan. Selamatlah ia dari bahaya maut. Setelah itu mereka turun dari api unggun, tetapi mereka diketahui oleh Patih Rangga Sakti dan Patih Rangga Kemasan. Namun malang bagi kedua patih itu, segera ditangkap oleh Gantang pakuan, lalu dilemparkan ke atas api yang sedang berkobar-kobar. Rakyat yang melihat itu segera melarikan diri ke hutan, selanjutnya Gantang Pakuan menyerang Gempur Alam dan rangga Sakti serta Rangga kemasan. Ketiga-tiganya dapat ditaklukan Gantang pakuan, mereka akhirnya dijadikan tawanan.
Seterusnya raja, kedua patih serta rakyat Kuta Buana balitung menjadi punggawa Gunung Tilu Kuta Emas. Gunung Tilu Kuta Emas wilayahnya semakin luas, karena Kuta Nusa balitung disatukan menjadi wilayah Gunung Tilu Kuta Emas.
Atas kerelaan Cintawati, Andon Kancana, adik terkecil dari raja Gempur Alam dijadikan istri kedua oleh Gantangan Wangi.
Sebagai tanda gembira karena Cintawati telah kembali, negara telah aman sentosa seperti sediakala, diadakanlah pesta besar-besaran.
Sumber ceritera
Ki Asom, Pringkasap Subang
1973
Tidak ada komentar:
Posting Komentar