Rabu, 02 Juni 2010

KUDA MALELA

Ratu Pajajaran yang bernama Prabu Sutrawangi mengembara ke negara Pasir Batang. Pawarangnya tiga orang yakni: Ratu Mas Manimbang Leuwih Kusuma Nimbang Buwana Ratu Mas Kalenglengan, Nyai Pamelawangi dan Nyai Limar Kancana. Panakawannya tiga orang: Lurah Pajajaran, Kuda Pangemban dan Gelap Nyawang. Ponggawanya empat orang: Pangeran Nagasari (kakak ipar ratu), Kuda Brajasari, Kepuh Agung Tegal Jaya, Lengser.
Pangeran Nagasari menyuruh lengser mengumpulkan orang pehumaan, bende ditabuh Lengser suaranya terdengar oleh Lurah Capelengrang, Ngabehi Kalang Patih dan sarenggelek.
Lurah dan Ngabehi mengumpulkan orang pahumaan, lalu disuruhnya menyiapkan beras, kerbau, telur untuk diserahkan kepada ratu. Setelah mereka beserta kirimannya diterima oleh Pangeran Nagasari, diadaknlah pesta.
Diceritakan bahwa KUDA MALELA baru saja pulang bertapa. Demi dilihatnya di negara Pasir Batang  orang sedang berpesta, ia turun dari mega malang. Seisi negara disirepnya (dibuat tidur). Kemudian ia makan sirih, sepahnya sebesar guling. Sepah yang besar itu dibentuk pewarang ratu yang bernama Ratu Manik. Ratu Manik yang asli dibawanya terbang ke mega malang.
Setelah semua bangun kembali, Nyi Pamelawangi menyuruh patih menyusul Ratu Manik yang dilarikan Kuda Malela. Ratu yang disertai patih dan lurah sampai di Caringin Nunggal.
Kuda Brajasari yang masih berada di Pasir batang, menyerahkan negara kepada Lengser. Kemudian ia terbang, dengan maksud yang sama yaitu menyusul Kuda malela. Didapatinya Kuda Malela sedang tidur dengan nyenyaknya di mega malang. Karena tidurnya mendengkur, Ratu Manik terbangun, segera Ratu Manik dikandung oleh Brajasari. Selanjutnya Kuda malela dibangunkan oleh Kuda Brajasari, tetapi tidak juga bangun. Maka dilemparkannya Kuda Malela, jatuh di Tegalpapak.
Kuda Brajasari pulang ke Pasirbatang. Setibanya di pasanggrahan, Ratu Manik diturunkannya. Bersama-sama dengan pawarang lainnya, Ratu Manik duduk berkumpul.
Kuda Malela masih tidur di Nunggal Datar. Setelah bulu karangnya dicabut oleh Kepuh Agung Tegal Jaya, barulah ia bangun. Ketika diraba kandungannya, ternyata Ratu Manik tidak ada. Ia marah kepada Kepuh Agung, maka terjadilah perkelahian hebat. Kepuh Agung mati dalam perkelahian itu. Pangeran nagasari datang, dan mencoba melawan Kuda Malela. Brajasari dapat dikalahkan Kuda Malela, tetapi tidak sampai mati. Putra Dalem menyuruh Kuda Pangemban mengambil bara, lalu disentuhkannya bara itu ke badan Gelap Nyawang. Gelap Nyawang teluh, hingga pada dahan Caringin Nunggal. Selanjutnya Gelap Nyawang berkelahi dengan Kuda Malela. Gelap Nyawang mati oleh tangan Kuda Malela.
Pangeran Nagasari diminta oleh pawarang untuk menghidupkan kembali para penakawan yang telah mati. Sesudah semuanya dihidupkan kembali, Pangeran Nagasari bersama-sama dengan para ponggawa pergi ke negara Tanjung Patani. Di perjalanan banyak sekali gangguan, diantaranya kamarang (tabuhan) dan ular sempat  menyerang Kuda Malela. Lurah Pajajaran dilarikan hantu kelong. Tetapi semua gangguan itu dapat dibunuh Kuda Malela dengan duhungnya (kerisnya).
Pada waktu Kuda Malela mencari air, ia menemukan sebuah gua, didalamnya didapatkan seorang ponggawa yang bernama Kuda Mangruyung. Ia berada di sana karena melarikan seorang wanita.
Terjadilah perkelahian antara Kuda Malela dan Kuda Mangruyung. Kuda malela dilempar dengan batu, tetapi batu yang dilemparkannya itu hancur berkeping-keping. Seterusnya Kuda Mangruyung menyatakan takluk kepada Kuda Malela. Diajaknya Kuda Mangruyung ke pasanggrahan. Kemudian Kuda Malela menyerahkan Nyi Langgeng Mangruyung (adik Kuda mangruyung) dan wanita yang ditemukannya di dalam gua itu kepada Prabu Sutrawangi. Dan sesampainya di paseban, diserahkannya pula Nyi Ambeng Layu Ratna Kembang kepada Ratu. Tak lama kemudian, Kuda malela diangkat menjadi Patih, Patih yang lama, yaitu Patih Nagasari pergi bertapa.
Akhirnya Prabu Sutrawangi menjadi ratu di negara Tanjung Patani. Pamarangnya menjadi lima orang, yakni: Ratu Manik Nimbang Leuwih Kusuma Nimbang Buwana ratu Mas Kalenglengan, Nyi Pamelawangi, Nyi Limar kancana, Nyi Ambeng Layu Ratna Kembang, dan Nyi lenggang Mangruyung. Nyi Marga Pakuan (adik Prabu Sutrawangi), tidak juga bersuami.
Patihnya tetap kuda malela. Ponggawanya tiga orang yaitu Kudaruyung, Kuda Brajasari dan kepuh Agung Tegal.
Ponggawa dan prajurit yang menjaga negara Tanjung patani masih banyak lagi, antara lain lurah Pajajaran yang bertindak sebagai Mandor Kemut, Kuda Pangembang dan Gelap Nyawang.
Nagara Pasirbatang diserahkan kepada Lengser untuk diurus dan dirawat.

Sumber ceritra
Naskah Museum Pusat Jakarta
Ed. K.F. Holle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar