Minggu, 30 Mei 2010

NYAI SUMUR BANDUNG

 (A)

Nagara Kuta Waringin, negara subur dan makmur. Ratunya bernama Munding Keling Puspa Mantri, Menak Pakuan, Menak Terah Pajajaran, Satria Mangkuwasa. Panakawannya: Kuda Aing lengser. Munding waringin, Kuda waringin dan kalang Sutra Tandur wayang (kakak ipar ratu). Pawarangny ada 42 orang tetapi yang diceritakan hanya dua, yaitu Gurit Haji Wira Mantri dan Nimbang Waringin.
Pada suatu ketika di Kuta waringin diadakan pesta meriah sekali. Bunyi tetabuhan terdengar oleh Nyai Sumur Bandung di negara Bitung wulung. Demi didengarnya suara itu, ia membangunkan kakaknya, rangga Wayang yang sedang bertapa. Lalu bertanya tentang suara itu. Setelah Sumur Bandung melihat telpak tangan Rangga wayang tahulah bahwa di negara Kuta Waringin sedang diadakan pesta besar-besaran.
Setelah itu Sumur Bandung ditanya oleh rangga Wayang, mau tidaknya bersuamikan Ratu Kuta Waringin. Mula-mula Sumur Bandung menolaknya, tetapi karena desakan Rangga wayang, ia mau juga mengikuti kehendak kakaknya, tetapi dengan syarat, jika nanti pergi ke negara Kuta Tandingan, harus naik banteng lilin yang berwarna jingga. Kalintingnya untaian bintang, tanduknya salaka domas, ekornya banyu emas.
Rangga Wayang tidak dapat memenuhi permintaan Sumur Bandung, maka ditemuinya Langen Sari Jaya Mantri Mas Wira Jayamanggala, kakaknya Sumur Bandung. Langen Sari sanggup menangkap banteng lilin asal diantar oleh Sumur Bandung. Ia tidak tahu rupa banteng tersebut.
Pada waktu yang sudah ditentukan, Sumur bandung pergi bersama-sama denga rangga wayang (dengan naik banteng), ke negara Kuta Waringin. Sebelum berangkat semua harta kekayaannya dimasukkan oleh Sumut bandung ke dalam Cupu Azimat, lalu dititipkan kepada pembantunya, Nyai Ogem.
Sesampainya di negara kuta waringin, Rangga Wayang menemui Kalang Sutra. Tetapi keinginanya itu tidak begitu saja diterima oleh Kalang Sutra, sebab keputusan terakhir ada ditangan ratu.
Retu dapat menerima maksud dan keinginan Rangga Wayang, tetapi Nimbang Waringin menolaknya. Sikapnya, ucapannya sangat menyakitkan gati para tamu. Ia marah-marah, sambil berdahak-dahak di muka tamunya.
Tak lama sesudah itu Rangga wayang menjemput Sumur Bandung di batas kota. Sumur bandung mengubah dirinya menjadi nenek-nenk, kemudian berangkatlah mereka menemui Nimbang Waringin. Senasib dengan Rangga wayang, ia pun diludahinya. Pangkuannya penuh ludah Nimbang waringin.
Karena Sumur Bandung merasa dihina, lagi pula dicemburukan ratu, sekalian dimintanya ratu Munding Keling, dari tangan Nimbang waringin. Nimbang Waringin merasa terhina pula. Pertengkaran terjadi, kemudian diteruskan dengan perkelahian antara kedua wanita itu. Nimbang Waringin tak kuat melawan Sumur Bandung. Ia lari dan minta bantuan kepada madunya (istri ratu yang lain yang jumlahnya ada 41)
Di alun-alun diadakan pertandingan mengadu kecantikan antara Sumur bandung dan Nimbang Waringin beserta semua madunya. Nimbang Waringin kalah dalam pertandingan itu. Selanjutnya diadakan pertandingan berpanjang-panjang rambur, ketangkasan bermain keris, dan lain-lain. Kemenangan selalu ada di pihak Sumur Bandung. Ketika diadakan “adu tinja” , siapa yang tinjanya harum, itulah yang menang, Sumur bandung minta Boreh batara Guru kepada Sunan Ibu. Tinja Nimbang Waringin ternyata lebih busuk daripada tinja Sumur Bandung.  Pertandingan terakhir mengadu kerbau, dan yang menang, juga Sumur bandung.
Karena terus-terusan kalah, diterkamnya Sumur Bandung, namun Nimbang waringin kewalahan dan minta bantuan kepada semua madunya. Karena kekuatannya tidak seimbang, Sumur bandung minta pula bantruan kepada Langen Sari. Semua musuh Sumur bandung dapat dihalaunya.
Melihat Langes sari turut campur, kalang Sutra dan Nimbang Waringin tidak dapat tinggal diam, lalu ia pun turut membantu Nimbang Waringin
Diceritakan bahwa perang antara Sumur bandung dan Nimbang Waringinsudah cukup lama, tetapi satu pun tidak ada yang kalah. Masing-masing mencoba kesaktiannya. Sumur Bandung berpendapat bahwa perang tidak akan selesai-selesai, oleh karena itu, ia akan minta bantuan Sunan Ibu di sorgaloka untuk mengalahkannya. Sumur Bandung segera pergi ke Surgaloka, diikuti oleh Nimbang waringin. Nimbang waringin dihisap kekuatannya oleh Sumur Bandung sehingga kecapaian kalau harus mengikuti terus Sumur Bandung ke sorgaloka. Untuk mengalahkannya, sama sekali ia tak sanggup. Nimbang waringin takluk, dan dengan rela menyerahkan suaminya kepada Sumur Bandung
Sesudah itu oleh Sunan Ibu, Sumur Bandung diberi bahan anak sebesar kacang hijau. Bahan anak itu ditelan oleh Sumur Bandung,
Sepulangnya dari surgaloka, Sumur bBndung dan Nimbang Waringin bertemu dengan saudara-saudaranya yang sedang berkelahi di lautan. Dengan adanya pertemuan itu menyebabkan yang berkelahi berhenti, selanjutnya Langen Sari, Kalang Sutra, juga Sumur Bandung kembali ke Kuta Waringin seterusnya diadakan pesta perkawinan antara Sumur Bandung dengan Ratu Munding Keling.
Dikabarkan bahwa ada sebuah negara yang bernama Rucuk pajajaran. Rajanya bernama Raden Jaga Ripuh, saudara permuannya bernama sekar pakuan.
Demi mendengar Sumur Bandung sudah menikah dengan Ratu Kuta waringin, Jaga Ripuh amatlah susah. Ia pernah menyerahkan sejumlah uang lamaran kepada Rangga Wayang. Timbul niatnya untuk mencuri Sumur Bandung. Tetapi segera ketahuan oleh Rangga Wayang dan Sumur Bandung sendiri. Rangga Wayang menjadikan dirinya sebagai Sumur Bandung dan segera mendekati Jaga Ripuh. Setelah dilihat Jaga Ripuh bahwa Sumur Bandung ada di kebun bunga, ditangkapnya Sumur Bandung palsu itu. Dengan perasaan gembira ia membawa Sumur Bandung palsu ke negaranya. Tak lama kemudian, ia sudah berada di negaranya (Rucuk Pakuan).
Seperginya Jaga Ripuh setelah menyerahkan Sumur Bandung kepada Sekar Pakuan, Rangga Wayang menjadikan dirinya kembali kepada ujudnya semula. Melihat kejadian itu Sekar Pakuan minta agar tidak dianggap ikut dalam persekongkolan itu. Permintaan Sekar Pakuan dapat diterima oleh Rangga Wayang, kemudian Rangga Wayang bersma-sama dengan Sekar Pakuan kembali ke Kuta Waringin. Sekar Pakuan diserahkan oleh Rangga Wayang kepada ratu untuk dijadikan selir.
Tak lama sesuadh itu, Rangga Wayang menyerahkan lagi Jaga Ripuh kepada ratu, setelah berhasil dikalahkannya, seterusnya negara Kuta Waringin menjadi negara yang aman, sentausa, subur makmur

Sumber ceritera
e.d C.M. Pleyte, 1910

 (B)

Raja Agung Purba Mantri Pangeran Purba Kusuma pergi ke negara Daha dengan maksud mencari calon istri, tetapi tak ditemukannya. Kemudian ia pergi ke Kuta Waringin. Di sini ia menemukan tiga orang calon, yakni: Nyai Tanjung Waringin, Nyai Nimbang Waringin dan Nyai Jurit Aji lanjang Sari. Kemudian raja menikah dengan ketiga orang putri itu. Patihnya (kakak prameswari) namanya Raden Gajah Waringin. Panakawannya dua orang, yaitu: Candra Wali dan Candra Terebang.
Pada suatu waktu, raja menyuruh Gajah Waringin menaklukan negara Kuta Siluman, tetapi ia tidak sanggup. Ada yang dapat mengalahkan negara Kuta Siluman yaitu Raden Langen Sari, kakak Nyai Sumur Bandung, satria yang berkelana, pertapa sakti yang dapat berubah menjadi kakek-kakek.
Langen Sari mengubah dirinya menjadi satria kembali, lalu pergi ke negara Kuta Siluman. Dengan perantaraan Nyi Mas Maya Siluman, adik ratu, Langen Sari bisa menemui Rangga Siluman, raja Kuta Siluman. Diajaknya raja rangga Siluman takluk kepada raja Agung, tetapi ditolaknya. Langen Sari terus mengajak, sedangkan Rangga siluman tetap menolaknya. Akibatnya terjadilah peperangan yang dahsyat sekali. Mereka saling mendorong dan saling mendesak, hingga sampailah di negara Pucuk Beusi. Rajanya bernama Rangga Cempaka, adiknya bernama Nyi Mas Campaka Larang Mantri Kembang.
Setelah dilihatnya ada yang mengadu kekuatan, raja melibatkan dirinya, ia memihak kepada Rangga Siluman. Yang berperang sampai di negara Daha. Rajanya Pati Jalak Mangprang dan adiknya Nyi Mas Mangprang Wayang. Setelah diberitahukan oleh adiknya bahwa ada yang sedang berperang, maka pergilah raja ke tempat peperangan, yang berperang tampak sedang tergolek kepayahan. Ketiga orang yang mengadu kekuatan itu dibawanya ke paseban, tetapi ternyata Rangga Campaka dan Rangga Siluman sudah meninggal. Dengan ajimatnya, Mangprang Wayang menghidupkan kedua orang itu. Seterusnya kedua orang itu ingin membaktikan dirinya kepada raja Agung Purba Mantri. Begitu pula halnya Cempaka Larang dan maya Siluman.
Langensari berpamitan kepada raja untuk meninggalkan istana, karena ia telah lama tidak bersua dengan Sumur Bandung, yang dituju adalah negara Bitung Wulung.
Sesampainya di Bitung Wulung, Langen sari memanggil-manggil adiknya, tetapi Sumur Bandung tidak mau menyahut. Sumur Bandung mengakui bahwa ia mempunyai kakak yang bernama Langen Sari, tetapi sedang bertapa. Untuk membuktikan pengakuannya itu Langen Sari harus dapat mengalahkan tabuhan kembar. Berkat kesaktiannya, tabuhan itu dapat dibunuhnya. Sumur Bandung minta agar tabuhan tersebut dihidupkan kembali. Tabuhan dapat dihidupkan kembali, tetapi Sumur Bandung, belum juga puas hatinya. Kemudian Sumur bandung menyuruh Langen sari berenang di dalam kendi. Dengan senangnya Langen Sari berenang di dalam kendi. Akhirnya Sumur Bandung ingin melihat tanda yang ada di kepala Langen Sari, jelas sekali Sumur Bandung melihat tanda luka di kepala Langensari, barulah Sumur Bandung yakin bahwa itu adalah kakaknya, lalu ia minta maaf atas kehilapan yang diperbuatnya.
Selanjutnya Langensari mengajak Sumur Bandung pergi ke Kuta Waringin. Sebelum berangkat, Sumur Bandung menciutkan negara Bitung Wulung, lalu dimasukannya ke dalam penjara, seterusnya kedua bersaudara itu terbang.
Dari udara dilihatnya Raden Gangsa Wayang dan adiknya Nyi Salasa Wayang sedang berlayar. Langensari mencoba memberhentikan kapal itu. Terasa oleh Gangsa Wayang kapal oleng. Disuruhnya Rangga Wayang yang berada dalam kapal untuk memeriksanya. Rangga Wayang tidak kembali ke kapa, tetapi bersembunyi di dalam hutan (gua), karena yang mengganggu kapal itu adalah adiknya sendiri, Langensari.
Karena Rangga Wayang tidak juga muncul, Gangsa Wayang dan Salasa wayang turun ke laut. Diketahuinya bahwa yang berbuat untuk mengganggu lajunya kapal adalah Langensari, Langensari ditanya oleh Gangsa Wayang tentang asal dan maksudnya. Dijawabnya bahwa ia berasal dari Kampung Bitung Wulung dari negara Kuta Waringin. Dikatakan oleh Langensari, bahwa ia disuruh raja melihat kapal itu. Timbul percakapan yang dilanjutkan dengan peperangan, peperangan itu lama sekali, Gangsa Wayang minta kepada adiknya supaya peperangan dihentikan. Ubun-ubun Langensari dihisap oleh Salasa Wayang, hingga Langensari lemah lunglai tak berdaya. Sukmanya masuk ke seekor burung koleangkak, sambil terbang burung itu bersuara “Mun teang, mun teang !  (tengonglah segera). Hal itu diketahui oleh Sumur Bandung, oleh karena itu ia segera masuk ke dasar laut.
Sesudah Langensari dihidupkan kembali oleh Sumur Bandung, peperangan antara Langen Sari dengan Gangsa Wayang diteruskan. Salasa Wayang tahu bahwa Langen Sari dihidupkan oleh Sumur Bandung. Sumur Bandung dikejarnya, Sumur Bandung bersembunyi di dalam rumpun kaso. Salasa Wayang minta kepada Ibu Dewata agar ia diberi senjata. Permintaannya itu dikabulkan oleh Ibu Dewata, hanya saja semua senjata pemberian itu tidak mempan. Bahkan semuanya menghilang dan menyusuk ke dalam diri Sumur Bandung.
Setelah semua senjata yang dimilikinya habis, Salasa Wayang ditendang oleh Sumur Bandung, hingga sampai di mega malang. Sumur Bandung menyusulnya, Salasa Wayang ditangkapnya, lalu dimasukkan ke dalam penjara besi. Penjara besi ditepuk oleh Sumur Bandung, jatuh di hulu dayeuh negara Kuta Waringin.
Setelah itu Sumur Bandung menemui saudaranya yang masih berperang di dasar lautan, Sumur Bandung memperingatkan Langensari agar menggunakan kesaktiannya, Langensari sadar akan kehilapannya. Gangsa Wayang dilemparkannya, sehingga ia terjerembab, dan terus lari ke dalam hutan.
Sehabis berperang, Langensari memberitahukan Sumur Bandung bahwa ia akan pergi mencari Rangga wayang. Tak lama kemudian Rangga Wayang berhasil ditemukannya.
Gangga Wayang yang bersembunyi di dalam hutan bertemu dengan Gajah Hambalang dan Badak Hambalang. Disuruhnya agar jala yang dibawa mereka ditebarkan pada kapal yang ditumpangi Langen Sari dan Sumur Bandung. Dengan perjanjian, kalau berhasil, kapalnya untuk Gangga wayang, sedangkan isinya termasuk Sumur Bandung yang cantik itu untuk Gajah Hambalang. Kapal berhasil dijalanya, tetapi jala itu oleh Langen Sari dijadikan dua bagian. Gangsa Wayang menyerah kepada Langen Sari. Gajah Hambalang dan Badak Hambalang lari ke hutan.
Atas usul Langen Sari kapal dilabuhkan di lubuk Cinanggiri, nanti kalau Sumur Bandung berputera dari raja Kuta Waringin, kapal itu hendaknya dipakai berlayar bersuka ria.
Setelah itu mereka kembali ke Kuta Waringin, tetapi sebelumnya singgah dulu di negara daha. Mereka diterima oleh Nyai Mangprang Wayang dan Patih Jalak Mangprang.
Dalam suatu pertemuan, Langen Sari bermaksud menyerahkan orang yang akan berbakti di negara Kuta Waringin. Menurut perhitungan ada sembilan orang, termasuk seorang kepalanya. Tetapi ternyata hanya ada delapan orang, yaitu: Rangga Siluman, Rangga Cempaka, Jalak Mangprang, Gajah Hambalang, Badak Hambalang, Gangsa wayang, Rangga wayang fan Langen Sari sebagai kepala.
Diputuskan dalam pertemuan itu bahwa Rangga Wayang yang harus mencari orang untuk melengkapi junlahnya. Atas petunjuk Pati Jalak Rangrang, orang yang gagah serta adiknya yang cantik adalah Raden Sutra Panandur Wayang dan Nyi Mas Sutra Kembang Padma Larang. Mereka ada di negara Paku Rucukan Beusi.
Setelah siap segalanya, pergilah Rangga wayang ke negara Paku Rucukan beusi, sesampainya di negara itu Rangga Wayang menyamar sebagai kakek-kakek yang bernama Aki Moskol. Oleh raja ia dijadikan penyabit rumput. Tetapi amatlah mengagetkan seisi keraton, karena segalanya menjadi berantakan karena apa yang dikerjakannya selalu bertentangan dengan apa-apa yang biasa dilakukan orang. Menyabit rumput, bukan rumput yang disabitnya melainkan alat vital kuda. Disuruh menyiangi tumbuh-tumbuhan, semua tanaman yang ada dibabatnya.
Diceritakan bahwa Rangga wayang dapat memboyong Padma Larang. Seisi keraton heboh karena Padma Larang tidak ada.
Padma Larang diserahkan Rangga Wayang kepada Sumur Bandung untuk dijadikan teman bermain.
Sutra Panandur berkeyakinan bahwa Aki Mongkol-lah yang punya ulah. Segera ia mencarinya ke negara Daha. Empat ponggawa Daha menghadapinya. Terjadilah peperangan hebat sekali. Keempat ponggawa itu dapat dikalahkannya. Mereka melarikan diri. Langen Sari ganti menghadapi Sutra Panandur, Sutra Panandur kalah, dan ingin berbakti kepada Langen sari.
Selanjutnya karena ponggawa sudah lengkap, Langen Sari mengajak mereka pergi ke negara Kuta Waringin. Sesampainya di Kuta Waringin diadakanlah pesta.


Prabu Kidang Pananjung berputra tiga orang, yakni Patih Kuda Rangga Wayang, Patih Kuda Langon Sari dan Nyi Mas Sumur Bandung
Prabu Kidang Pananjung bermaksud menyerahkan negara Bitung Wulung kepada Sumur Bandung. Kepada putranya yang sulung, Rangga Wayang akan diserahi ajimat pisau kencana, putranya yang kedua diserahi keris parung ganja wulung, sedangkan Nyi Sumur Bandung menerima negara Bitung Wulung dengan diberikannya pula ajimat harimau putih kembar, kanjut kundang dan tabuhan dua ekor.
Prabu Kidang Pananjung berpesan kepada Sumur bandung sebelum Rangga Wayang dan Langon Sari mempunyai negara sendiri dan berkeluarga, azimat itu tidak akan diberikan.
Setelah menyerahkan negara dan ajimat-ajimat tersebut, Prabu Kidang Pananjung “tilem” (menghilang). Sepeninggal ayahnya Rangga Wayang dan Langon Sari bermaksud mengembara ke setiap negara. Sebelum berangkat mereka minta kepada Sumur Bandung agar menyerahkan azimat pemberian ayahnya itu, tetapi Sumur Bandung tak mau memberikannya, ia berpegang teguh kepada pesan ayahnya. Terjadilah pertengkaran mulut yang dilanjutkan dengan perkelahian. Dalam perkelahian itu keris yang dilemparkan Sumur Bandung mengenai pinggang Rangga Wayang. Rangga Wayang terlempar ke puncak Gunung Jingga.
Melihat nasib kakaknya demikian, Langon Sari menjadi marah. Ia berniat menerkamSumur Bandung, tetapi duhung mengenai kepalanya, Langon Sari terlempar pula dan jatuh di alun-alun.
Selanjutnya Rangga Wayang insaf akan kesalahannya, dan minta maaf kepada Sumur Bandung, setelah itu ia bertapa di puncak gunung Sakobar. Sebaliknya Langon sari, ia menaruh dendam kepada Sumur Bandung. Ia tidak lagi mengakui Sumur Bandung sebagai adiknya.
Dari gunung Sakobar, rangga wayang pindah bertapa ke sudut matahari. Sesudah tujuh hari bertapa, ia bertemu dengan Sunan Ibu yang datang dari surga. Di suruhnya rangga Wayang menuju negara Karang Ganjaran. Rajanya bernama Putri Balung Tunggal nyi Mas Saramah wayang. Putri itu bersaudarakan Patih Gangsa Wayang. Sang putri memiliki tiga buah azimat , yakni golok sekung, keris kalamunyang dan panah durangga sakti. Sesudah menerima azimat ruas undur-undur, taji malela dari Sunan ibu, Rangga wayang terbang ke negara Karang Ganjoran, negara di tengah lautan, dengan maksud melamar saranah wayang. Lamaran diterimanya. Dengan penuh kebahagiaan rangga Wayang akhirnya menikah dengan Sarasah wayang.
Setelah ditinggalkan oleh kedua saudaranya, Nyi Sumur Bandung merasa tersiksa. Oleh karena itu sesudah menyerahkan azimat duhung parung ganja wulung kepada emban, Sumur Bandung mengubah negaranya menjadi gumpalan tanah sebesar gula jawa. Kemudian dimasukannya ke dalam kanjut kundang. Setelah itu dibawanya terbang dan dijatuhkannya isi kanjut kundang itu, terjemalah sebuah negara yang diberinya nama Bitung Wulung Emas Beureum Ujung Pulo Nagara babakan Nangsi.
Rangga Wayang dan Langon Sari tak bisa hilang dari ingatan Sumur Bandung. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan kedua saudaranya itu. Selanjutnya ia bertapa di bawah pohon katomas.
Dalam petualangan Langon Sari didatangi ayahnya yang telah tiada. Langon Sari dinasehatinya agar sadar akan kesalahannya, dan mau mengakui serta mengasihi Sumur Bandung, disuruhnya kembali ke negara Bitung Wulung, tetapi Langon Sari tetap menolaknya. Ia ingin terus bertualang serta mencari kakaknya, Rangga Wayang.
Karena Langon Sari tetap saja pada pendiriannya, ayahnya menyuruh pergi ke negara Kuta Waringin. Raja negara itu bernama Sungging Purba Mantri Ratna Demang Rangga Lawe Ratu Kasirigan Wangi, yang berasal dari Pajajaran, putra Prabu Siliwangi.
Raja ini mempunyai tiga permaisuri, yakni : Nimbang Waringin, Padma Larang Keling Kancana dan Jurit Haji Mila mantri. Dikatakannya bahwa keris parung ganja wulung yang jantan ada di negara itu. Keris yang ada pada Sumur Bandung adalah yang betinanya. Untuk memperoleh keris itu haruslah menyamar sebagai seorang kakek yang menjijikan dengan julukan Aki Jobin Jobabintara.
Pada waktu itu Ratu Sungging sedang mendapat kesusahan. Ia merasa tersaingi oleh Patih Rangga Siluman dari negara Kuta Waringin dalam hal kegagahan dan kekayaannya. Ia ingin mengalahkannya, tetapi merasa tidak mampu. Maka meminta bantuan kepada Patih gajah Waringin, kakak Nimbang waringin. Permintaannya tak dikabulkan, karena Gajah Waringin tak sanggup mengalahkan Rangga Siluman yang terkenal gagah, hanya ia menunjukan jalan untuk mencapai tujuan itu, disuruhnya Nimbang Waringin menghubungi Jobin Jobabintara yang sedang bertapa.
Jobin Jobabintara menyanggupi permintaan itu, tetapi dengan syarat bahwa ia harus diberi senjata dan disembelihkan kerbau. Gajah Waringin menyerahkan keris parung ganja wulung yang jantan kepada Jobin Jobabintara. Bukan main gembira hatinya menerima senjata yang memang dicari-carinya.
Langon Sari berhasil mengalahkan Rangga Siluman. Setelah itu Langon Sari bertemu dengan Jalak Mangprang, saudara seayah Langon Sari.
Jalak Mangprang berhasil menyadarkan Langon Sari atas kekeliruan terhadap adiknya, jalan mangprang dan wayang Mangprang menasehati Langon sari agar mencari Sumur Bandung dan membawa ke negara Daha.
Di perjalanan, Langon Sari bertemu dengan Sarasah Wayang, istri Rangga wayang. Dalam suatu peperangan, Sarasah wayang dapat dikalahkan Sumur Bandung.
Sesuai dengan janji Langon Sari bahwa jika Sumur Bandung mau dibawa pulang ke daha akan dikawinkan dengan Raja Sungging, maka sesampainya di negara itu akan dilangsungkan pesta besar-besaran. Tetapi sebelumnya, negara Paku Rucuk beusi yang rajanya bernama Jaka Panandur harus ditaklukan dulu oleh Rangga Wayang.
Setelah menaklukan Jaka Panandur, Rangga Wayang mengawinkan Sumur Bandung dengan Raja Sungging. Rangga Wayang dan Langon Sari tetap tinggal di negara Babakan Karta Yuda.
Sumur Bandung ingin sekali mempunyai keturunan yang dapat meneruskan jejaknya memerintah negara.
Sumur Bandung akhirnya mengandung, dan pada saat melahirkan, ia ditolong oleh prameswari Nimbang Waringin. Bayinya perempuan, tetapi kemudian ditukar dengan seekor kucing. Bayi yang tak berdosa itu dimasukkan ke dalam peti besi, lalu dihanyutkan ke sungai Cisanggiring, sedangkan Sumur Bandung akhirnya di buang ke hutan, karena raja sungging tidak mau mempunyai snak seekor kucing.
Bayi yang hanyut terkatung-katung ditemukan oleh Aki dan Nini Benggol Jalawura. Bayi itu dinamainya Nyi Ilid.
Demi mendengar bahwa kesengsaraan yang diderita Sumur Bandung dan bayinya karena ulah Nimbang Waringin dan Gajah waringin, maka Rangga wayang marah sekali, ia ingin sekali membalas dendam, tetapi selalu dihalang-halangi oleh Sumur Bandung, bahkan Nyi Sumur Bandung menyarankan agar hal itu jangan dibesar-besarkan. Untuk membuka tabir kelicikan Nimbang Waringin lebih baik dicarikan yang sehalus-halusnya.
Dalam perjalanan pulang menuju Kuta waringin, Sumur bandung menciptakan sebuah negara baru yang diberinya nama Babakan Karta Yuga, kemudian bayinya yang bernama nyi Ilid diganti namanya menjadi Aci Bangbang Sumega Wayang Nyi Mas Ayu Karantenan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar